Sabtu, 20 Oktober 2012

DONGENG RAKYAT DAERAH BUGIS



NENE PAKANDE  (La Paittong)

Saya ingat ketika masih kecil , nenek saya sering sekali menceritakan dongeng tentang NENE PAKANDE.
Dikatakan sering memang benar2 sering. Tapi entah kenapa saya ga pernah bosan mendengar kan cerita turun temurun ini.

Setelah saya sudah agak besar , nenek tetap menurunkan dongeng ini kpd adik2 saya , terruuus....seperti itu.
Maka bisa saya katakan , ini adalah dongeng turun temurun.
Walaupun nenek sedang mendongeng untuk adik saya , acapkali saya juga masih ikut mendengarkan.

Dan yang sangat menarik dari nenek adalah selalu ada tambahan2 (bumbu2) yg berbeda setiap kali beliau mendongeng.
Dongeng yang sama dg bumbu yang berbeda.

Sekarang nenek kami tercinta sudah tiada.
Sungguh saya rindu pd ritual mendongeng nenek.
Meskipun saya hampir sudah bisa menghafal isi cerita NENE PAKANDE ini, tp tetap berbeda bila nenek yang menceritakannya.
I Love U , Grand Ma. And I Miss U.

Kira2 beginilah ceritanya.

Pada zaman dahulu kala, hidup seorang laki-laki yang bernama La Paitong , dia mempunyai istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Dia ini suka mencari ikan di sungai. Dan setiap kali dia pergi mencari ikan , dia selalu bs mendapatkan ikan2 yang sangat besar. Sementara org2 lainnya yg sama2 pergi memancing sangat sulit mendapatkan ikan.
Padahal selama memancing sering sekali La Paittong malah tertidur. Lalu setiap kali dia terbangun , mata kailnya sudah ada ikannya.
Itulah La Paittong yg dianggap org2 tukang tidur (patindro) tapi selalu mujur.

Suatu kali dia pergi lagi memancing. Tp kali ini dia sedang tidak beruntung.
Setelah lama memancing , hanya satu ikan yang diperolehnya. Karena dia sudah sangat kelaparan , ikan itupun langsung dimasaknya untuk dimakan.
Pikirnya : nanti setelah makan dia akan mencari ikan lg khusus untuk anak dan istrinya.

Sambil menunggu ikannya matang , tanpa sengaja dia pun tertidur lg.
Saat sedang tertidur, tanpa disadari  tangannya menyentuh dan menindih salah satu kayu bakar yang mengakibatkan periuk terpental dan semua masakannya tumpah ke sungai dimana aliran sungai tersebut cukup tenang dan sangat dalam. Dalam bahasa Bugis areal sungai seperti ini disebut "Liwu''. Secara refleks La Paitong berlari ke pinggiran sungai yang agak terjal, tapi sial baginya waktu berada dipinggiran sungai parangnya ikut terjatuh ke dasar sungai. Dia segera melepaskan sarungnya dan melemparkan ke belakang dan segera melompat kesungai untuk mencari parangnya namun ternyata sarung yang dia lempar kebelakang berada tepat diatas api yang mengakibatkan sarungnya terbakar. Setelah beberapa menit menyelam dia tidak berhasil menemukan parangnya. Dengan perasaan kecewa ia naik ke permukaan dan betapa kagetnya ia ketika melihat seekor anjing sedang memakan bungkusan nasinya. Dia segera mengambil batu dan melempari anjing itu, berhubung matanya masih kabur lemparannya tidak mengenai sasaran dan justru mengenai kendi tuaknya yangg ikut pecah.
Sial sekali nasib La Paitong kali ini.
Sesampainya dirumah istrinya menyambutnya spt biasa , dan betapa kecewanya istrinya krn La Paitong tdk membawa hasil apa2.

Tidak apa engkau tidak membawa makanan untuk aku, tapi bagaimana dg anakmu ? "

La Paitong hanya menjawab dengan nada pelan :

"Bersabarlah istriku, suatu saat nanti pasti saya akan membawakan makanan yang banyak untuk kalian ".

Beberapa bulan telah berlalu tiba2 dikampung tersiar kabar bahwa ada seorang Nenek Siluman ( Nenek Pakande ) Yang akan menggelar ritual hajatan. Menurut Cerita, Nenek Pakande ini adalah manusia kanibal yang sangat ditakuti masyarakat. Nenek ini berhajat akan menunaikn ritual apabila ia berhasil mengumpulkan 40 orang untuk dia bawa dan akan dia makan. Rencananya dia akan menyembelih 40 ekor Ayam jantan, 40 ekor Ayam betina, dan memasak 40 liter ketam hitam serta 40 liter ketam Putih. Alhasil keinginginannya pun terwujud dan dia berhasil menangkap orang yang ke-40. Kabar ini pun sampai ditelinga La Paitong.

Mendengar hal ini La Paitong pun membayangkan makanan2 yang  akan ada  di tempat Nene pakande.
Micci na ro elona La Paitong ,

Tepat pada malam Jum'at, Nenek Pakande telah mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan untuk ritual tengah malam nanti. La Paitong pun segera meninggalkan  rumahya dan berjalan ke hutan belantara menuju rumah Nenek Pakande.

Setibanya di sekitaran rumah Nenek Pakande, dia berfikir apa yang harus dia lakukan agar bisa menyelamatkan semua tawanan Nenek Pakande. Dan mengambil makanan yg tersedia disana.
Dari kejauhan dia memperhatikan ternyata ada sepohon kayu yang tumbuh cukup rimbun tepat disamping rumah Nenek Pakande, La Paitong segera naik ke atas pohon untuk mengamati apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande. Karena dinding rumah itu hanya terbuat dari anyaman daun Nipa, maka ia dapat memperhatikan apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande.
Lama La Paitong diam diatas pohon , sampe dia ketiduran lg.
Tengah tertidur tiba2 dia terlonjak kaget. Ada sesuatu yg mengganggunya. Dan ternyata diatas pohon itu ada seekor monyet yg sedang memperhatikannya. Tanpa pikir panjang La Paitong menangkap monyet itu dan mengikatnya di sebatang ranting.
Karena tidak suka diganggu dan ketakutan monyet itu terus ber-teriak2.
Nene Pakande pun yg sedang asik dengan kegiatannya , terkejut. Dia curiga kenapa ada suara2 itu didekat rumahnya.
Padahal selama ini tidak pernah terdengar suara spt itu.
Karena curiga Nenek Pakande akhirnya keluar rumah untuk melihat apa yang menyebabkan suara2 yg menyeramkan itu.
Tapi dia tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan karena La Paitong bersembunyi diatas pohon. Nenek Pakande yang tidak melihat sesuatu akhirnya masuk kembali kedalam rumahnya dan melanjutkan pekerjaannya.
Lalu terdengar lagi suara teriakan kera itu,
dan kali ini entah kenapa Nenek Pakande merasa merinding dan agak ketakutan.

Mungkin karena selama ini tidak ada manusia biasa yang berani mendekati rumahnya. Jadi dia tidak pernah berfikir kalau suara itu disebabkan oleh manusia biasa.
Konon kabarnya di sekitar kampung itu juga ada seorang Raksasa yg dijuluki Raja Pitu Reppa , yg tubuhnya sangat besar dan tingginya melebihi pohon2 di hutan (sekitar 7 hasta)
Nenek Pakande khawatir jangan-jangan raksasa inilah yang ingin mengacaukan hajatannya. Namun ia tetap berusaha menenangkan diri dan mencoba untuk kembali keluar rumah memperhatikan dr mana suara2 itu.. Kali ini dia membawa Obor untuk penerangan. Tapi cahaya obor itu tdk bisa menembus rimbunnya dedaunan di pohon tempat La Paitong berada. Nenek Pakande benar-benar ketakutan tapi dia tetap berusaha untuk menenangkan diri dan kembali naik ke atas rumah. Melihat tingkah Nenek Pakande yg ketakutan, La Paitong kembali melanjutkan aksinya.
Dia kembali mengganggu kera itu dan kera itu pun berteriak lg. Dan akhirnya Nenek Pakande benar-benar ketakutan. Karena sudah tidak tahan lagi Nenek Pakande turun dari rumahnya dan berlari tanpa tujuan entah kemana. Karena situasi sudah aman, La Paitong turun dari Pohon dan naik kerumah Nenek Pakande. Dia lalu membebaskan 40 orang yang ditawan Nenek Pakande. Betapa gembiranya mereka karena telah bebas dan bisa kembali bertemu keluarga masing-masing.

Yang dilakukan La Paitong selanjutnya ialah menyantap makanan yang telah disediakan Nenek Pakande dan yang dia sisakan hanya 40 liter ketam putih dan 40 ekor ayam betina kemudian dibawa pulang untuk istri dan anaknya. Betapa senang mereka melihat La Paitong kembali dengan membawa makanan yang sangat banyak. La Paitong pun berkata :

'' inilah yang aku janjikan padamu, bahwa suatu saat nanti aku akan membawa makanan yg banyak untuk kalian dan inilah buktinya ''

****************************************************

Demikianlah kisah La Paitong..

Karena cerita ini , dulu saya ingat, kalo ada diantara kami nakal , mis : ga mau tidur dll, kami diancam :
Tindro ko...engka tu Nene Pakande matu. Nandre ko tu...
(Ayo tidur , kalo enggak nanti dimakan ko sm Nene pakande)
Ha ha haa..

Dan La Paitong ini , dlm pandanganku sbg anak2 , dia adalah se org yg sangat sederhana , tp dia orang yang jujur dan pemberani . Sehingga keberuntungan selalu menyertainya..
Satu lagi , krn dikatakan La Paitong ini adalah org yang sangat senang tidur , bahkan memancing pun dia bs tertidur dg pulasnya. Jadi kata nenek , kalo ada orang yang kerjanya tidur terus , dia dinamai La Paitong...

Pesan cerita :
Peliharalah kebaikan hatimu dan kejujuranmu. Jsdilah pemberani untuk mempertahankan yang benar.

Ada beberapa versi mengenai cerita Nene Pakande ini.
Salah satunya seperti yang saya ceritakan diatas.
Yang jelas dulu , saat kami diceritakan segala ulah La Paitong , kami selalu tertawa ter-bahak2.
Entah cerita ini memang lucu , (sekaligus menegangkan?) atau memang nenek kami yg pandai membuat kami tertawa ?

Ah....nenek , saya jadi kangenn mendengar mu mendongeng lg..


Diceritakan kembali oleh : Ati Haryati Latief Syatha 







5 komentar:

  1. Ana Ogi kalao-lao, mauni laoki mabela, teppajaki riuddaniwi

    BalasHapus
  2. Nama Nene Pakande yg populer di Tanah Bugis Tempo Doloe...., dan masih segar dalam ingatan sampai hari ini, walaupun alur ceritanya sudah saya lupa. Trims atas postingan Anda yg membantu kami kembali bernostalgia. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih,,karenamu kudapat mengenang kembali dongeng ini,curitana toriolota,,,

      Hapus
  3. Terimakasih postingnya ya jadi bisa cerita untuk anak saya yang papa-nya orang Bugis :)

    BalasHapus