Sabtu, 20 Oktober 2012

DONGENG RAKYAT DAERAH BUGIS



NENE PAKANDE  (La Paittong)

Saya ingat ketika masih kecil , nenek saya sering sekali menceritakan dongeng tentang NENE PAKANDE.
Dikatakan sering memang benar2 sering. Tapi entah kenapa saya ga pernah bosan mendengar kan cerita turun temurun ini.

Setelah saya sudah agak besar , nenek tetap menurunkan dongeng ini kpd adik2 saya , terruuus....seperti itu.
Maka bisa saya katakan , ini adalah dongeng turun temurun.
Walaupun nenek sedang mendongeng untuk adik saya , acapkali saya juga masih ikut mendengarkan.

Dan yang sangat menarik dari nenek adalah selalu ada tambahan2 (bumbu2) yg berbeda setiap kali beliau mendongeng.
Dongeng yang sama dg bumbu yang berbeda.

Sekarang nenek kami tercinta sudah tiada.
Sungguh saya rindu pd ritual mendongeng nenek.
Meskipun saya hampir sudah bisa menghafal isi cerita NENE PAKANDE ini, tp tetap berbeda bila nenek yang menceritakannya.
I Love U , Grand Ma. And I Miss U.

Kira2 beginilah ceritanya.

Pada zaman dahulu kala, hidup seorang laki-laki yang bernama La Paitong , dia mempunyai istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Dia ini suka mencari ikan di sungai. Dan setiap kali dia pergi mencari ikan , dia selalu bs mendapatkan ikan2 yang sangat besar. Sementara org2 lainnya yg sama2 pergi memancing sangat sulit mendapatkan ikan.
Padahal selama memancing sering sekali La Paittong malah tertidur. Lalu setiap kali dia terbangun , mata kailnya sudah ada ikannya.
Itulah La Paittong yg dianggap org2 tukang tidur (patindro) tapi selalu mujur.

Suatu kali dia pergi lagi memancing. Tp kali ini dia sedang tidak beruntung.
Setelah lama memancing , hanya satu ikan yang diperolehnya. Karena dia sudah sangat kelaparan , ikan itupun langsung dimasaknya untuk dimakan.
Pikirnya : nanti setelah makan dia akan mencari ikan lg khusus untuk anak dan istrinya.

Sambil menunggu ikannya matang , tanpa sengaja dia pun tertidur lg.
Saat sedang tertidur, tanpa disadari  tangannya menyentuh dan menindih salah satu kayu bakar yang mengakibatkan periuk terpental dan semua masakannya tumpah ke sungai dimana aliran sungai tersebut cukup tenang dan sangat dalam. Dalam bahasa Bugis areal sungai seperti ini disebut "Liwu''. Secara refleks La Paitong berlari ke pinggiran sungai yang agak terjal, tapi sial baginya waktu berada dipinggiran sungai parangnya ikut terjatuh ke dasar sungai. Dia segera melepaskan sarungnya dan melemparkan ke belakang dan segera melompat kesungai untuk mencari parangnya namun ternyata sarung yang dia lempar kebelakang berada tepat diatas api yang mengakibatkan sarungnya terbakar. Setelah beberapa menit menyelam dia tidak berhasil menemukan parangnya. Dengan perasaan kecewa ia naik ke permukaan dan betapa kagetnya ia ketika melihat seekor anjing sedang memakan bungkusan nasinya. Dia segera mengambil batu dan melempari anjing itu, berhubung matanya masih kabur lemparannya tidak mengenai sasaran dan justru mengenai kendi tuaknya yangg ikut pecah.
Sial sekali nasib La Paitong kali ini.
Sesampainya dirumah istrinya menyambutnya spt biasa , dan betapa kecewanya istrinya krn La Paitong tdk membawa hasil apa2.

Tidak apa engkau tidak membawa makanan untuk aku, tapi bagaimana dg anakmu ? "

La Paitong hanya menjawab dengan nada pelan :

"Bersabarlah istriku, suatu saat nanti pasti saya akan membawakan makanan yang banyak untuk kalian ".

Beberapa bulan telah berlalu tiba2 dikampung tersiar kabar bahwa ada seorang Nenek Siluman ( Nenek Pakande ) Yang akan menggelar ritual hajatan. Menurut Cerita, Nenek Pakande ini adalah manusia kanibal yang sangat ditakuti masyarakat. Nenek ini berhajat akan menunaikn ritual apabila ia berhasil mengumpulkan 40 orang untuk dia bawa dan akan dia makan. Rencananya dia akan menyembelih 40 ekor Ayam jantan, 40 ekor Ayam betina, dan memasak 40 liter ketam hitam serta 40 liter ketam Putih. Alhasil keinginginannya pun terwujud dan dia berhasil menangkap orang yang ke-40. Kabar ini pun sampai ditelinga La Paitong.

Mendengar hal ini La Paitong pun membayangkan makanan2 yang  akan ada  di tempat Nene pakande.
Micci na ro elona La Paitong ,

Tepat pada malam Jum'at, Nenek Pakande telah mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan untuk ritual tengah malam nanti. La Paitong pun segera meninggalkan  rumahya dan berjalan ke hutan belantara menuju rumah Nenek Pakande.

Setibanya di sekitaran rumah Nenek Pakande, dia berfikir apa yang harus dia lakukan agar bisa menyelamatkan semua tawanan Nenek Pakande. Dan mengambil makanan yg tersedia disana.
Dari kejauhan dia memperhatikan ternyata ada sepohon kayu yang tumbuh cukup rimbun tepat disamping rumah Nenek Pakande, La Paitong segera naik ke atas pohon untuk mengamati apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande. Karena dinding rumah itu hanya terbuat dari anyaman daun Nipa, maka ia dapat memperhatikan apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande.
Lama La Paitong diam diatas pohon , sampe dia ketiduran lg.
Tengah tertidur tiba2 dia terlonjak kaget. Ada sesuatu yg mengganggunya. Dan ternyata diatas pohon itu ada seekor monyet yg sedang memperhatikannya. Tanpa pikir panjang La Paitong menangkap monyet itu dan mengikatnya di sebatang ranting.
Karena tidak suka diganggu dan ketakutan monyet itu terus ber-teriak2.
Nene Pakande pun yg sedang asik dengan kegiatannya , terkejut. Dia curiga kenapa ada suara2 itu didekat rumahnya.
Padahal selama ini tidak pernah terdengar suara spt itu.
Karena curiga Nenek Pakande akhirnya keluar rumah untuk melihat apa yang menyebabkan suara2 yg menyeramkan itu.
Tapi dia tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan karena La Paitong bersembunyi diatas pohon. Nenek Pakande yang tidak melihat sesuatu akhirnya masuk kembali kedalam rumahnya dan melanjutkan pekerjaannya.
Lalu terdengar lagi suara teriakan kera itu,
dan kali ini entah kenapa Nenek Pakande merasa merinding dan agak ketakutan.

Mungkin karena selama ini tidak ada manusia biasa yang berani mendekati rumahnya. Jadi dia tidak pernah berfikir kalau suara itu disebabkan oleh manusia biasa.
Konon kabarnya di sekitar kampung itu juga ada seorang Raksasa yg dijuluki Raja Pitu Reppa , yg tubuhnya sangat besar dan tingginya melebihi pohon2 di hutan (sekitar 7 hasta)
Nenek Pakande khawatir jangan-jangan raksasa inilah yang ingin mengacaukan hajatannya. Namun ia tetap berusaha menenangkan diri dan mencoba untuk kembali keluar rumah memperhatikan dr mana suara2 itu.. Kali ini dia membawa Obor untuk penerangan. Tapi cahaya obor itu tdk bisa menembus rimbunnya dedaunan di pohon tempat La Paitong berada. Nenek Pakande benar-benar ketakutan tapi dia tetap berusaha untuk menenangkan diri dan kembali naik ke atas rumah. Melihat tingkah Nenek Pakande yg ketakutan, La Paitong kembali melanjutkan aksinya.
Dia kembali mengganggu kera itu dan kera itu pun berteriak lg. Dan akhirnya Nenek Pakande benar-benar ketakutan. Karena sudah tidak tahan lagi Nenek Pakande turun dari rumahnya dan berlari tanpa tujuan entah kemana. Karena situasi sudah aman, La Paitong turun dari Pohon dan naik kerumah Nenek Pakande. Dia lalu membebaskan 40 orang yang ditawan Nenek Pakande. Betapa gembiranya mereka karena telah bebas dan bisa kembali bertemu keluarga masing-masing.

Yang dilakukan La Paitong selanjutnya ialah menyantap makanan yang telah disediakan Nenek Pakande dan yang dia sisakan hanya 40 liter ketam putih dan 40 ekor ayam betina kemudian dibawa pulang untuk istri dan anaknya. Betapa senang mereka melihat La Paitong kembali dengan membawa makanan yang sangat banyak. La Paitong pun berkata :

'' inilah yang aku janjikan padamu, bahwa suatu saat nanti aku akan membawa makanan yg banyak untuk kalian dan inilah buktinya ''

****************************************************

Demikianlah kisah La Paitong..

Karena cerita ini , dulu saya ingat, kalo ada diantara kami nakal , mis : ga mau tidur dll, kami diancam :
Tindro ko...engka tu Nene Pakande matu. Nandre ko tu...
(Ayo tidur , kalo enggak nanti dimakan ko sm Nene pakande)
Ha ha haa..

Dan La Paitong ini , dlm pandanganku sbg anak2 , dia adalah se org yg sangat sederhana , tp dia orang yang jujur dan pemberani . Sehingga keberuntungan selalu menyertainya..
Satu lagi , krn dikatakan La Paitong ini adalah org yang sangat senang tidur , bahkan memancing pun dia bs tertidur dg pulasnya. Jadi kata nenek , kalo ada orang yang kerjanya tidur terus , dia dinamai La Paitong...

Pesan cerita :
Peliharalah kebaikan hatimu dan kejujuranmu. Jsdilah pemberani untuk mempertahankan yang benar.

Ada beberapa versi mengenai cerita Nene Pakande ini.
Salah satunya seperti yang saya ceritakan diatas.
Yang jelas dulu , saat kami diceritakan segala ulah La Paitong , kami selalu tertawa ter-bahak2.
Entah cerita ini memang lucu , (sekaligus menegangkan?) atau memang nenek kami yg pandai membuat kami tertawa ?

Ah....nenek , saya jadi kangenn mendengar mu mendongeng lg..


Diceritakan kembali oleh : Ati Haryati Latief Syatha 







Jumat, 19 Oktober 2012

Syair : EWAKO TEPPETTU

EWAKO TEPPETTU
Oleh Ambo Tang Daeng Matteru

Musereangni ronnang mallalatung
Muleleangni menrang mabbanutung
Wanua ri sompo-e ancajigentta'
Lililepu ri sompa-e abbatiretta'

Engkani mallinge
Wisang makapa-e
Parewa tekkewanuwa
Wanua temmabbanuwa
Codi' temmacaca'
Mata temmakkire'

Kegani malemme' siri'-e
Kegani matabbe' pesse-e
Kegani maremme jallo-e
Kegani abbijang 'mewa-e
Maqqerru'ni la sumange'
Ri katinroanna we sunge'
Essu'no pole ri salepu lunra'mu
Oto'no mutettong mabbali ewa

Qerru' sunge' …
Ewano ri ewamu
Quru' sumange'..
Ewako teppettu!


Transliterasi:
Lawanlah tanpa henti!

Telah kau tarikan melalap
Telah kau jajakan bertubi
Negeri junjugan, tanah kelahiran
Negeri pusaka, warisan leluhur

Terwujudlah sudah
Biji berbulir hampa
Besi tak berwarangka
Warangka tak bertuan
Ujung tak beruncing
Tajam tak beriris

Di mana kini terkubur siri'
Di mana kini terbuang pesse'
Di mana kini terendam jallo'
Di mana kini pewaris juang

Memanggillah sang sukma
Dari peraduan sang jiwa
Keluarlah dikau dari selimut kenikmatan
Bangunlah dikau gerakkan perlawanan

Duhai sang jiwa
Berjuanglah melawan
Duhai sang sukma
Lawanlah tanpa henti!

Ambo Tang Daeng Matteru



 

Rabu, 17 Oktober 2012

Lagu BUGIS - Labuni Essoe



Rappang.Com



LABUNI ESSOE

Labuni essoe turunni uddanie

Wettunnani massenge’ ri tau mabelae
Mabelani laona tengnginana taddewe’
Tekkarebanna pole, teppasenna pole

Waseng magi muonro ri dolangeng

Temmulettutona temmurewetona

Iyami ripuada idi tea iyya tea

Idi temmadampe iyya temmasenge
Idi temmadampe iyya temmasenge

Ajamua mupakkua menreppa ri cempae

Uanrei buana na mecci elo’mu
Uanrei buana na mecci elo’mu

Mecci elo manre cempa

Waena kalukue mappasau-sau dekka
Waena kalukue mappasau-sau dekka

Terjemah:

Telah rembang petang


Telah rembang petang telah datang kenangan

Saatnya kukenang tentang engkau di kejauhan

Sungguh jauh engkau pergi melupakan pulang

Tak ada kabar datang, tak ada pesan datang
Gerangan mengapa engkau tinggal di angan-angan
Sampai tak sampai, kembali tak kembali

Begini saja kita katakan; engkau tak ingin, aku tak ingin

Engkau tak menyebut namaku, aku melupakan namamu
Engkau tak menyebut namaku, aku melupakan namamu

Tetapi janganlah engkau lakukan, jika kupanjat pohon asam

Dan aku cicipi buahnya akan mengalir air liur dari bibirmu
Dan aku cicipi buahnya akan mengalir air liur dari bibirmu

Jika kering liurmu ingin mencicipi buah asam

Segelas air kelapa menghapus seluruh haus
Segelas air kelapa menghapus seluruh haus.

Lagu BUGIS - Indo Logo


INDO' LOGO
Dua bulu' samanna mat tettongeng, indo' logo
Dua bulu' samanna mat tettongeng, indo' logo
Kegasi samanna rionroi, ala rionroi
Palla bu' sengereng
Palla bu' sengereng

Sengeremmu samanna pada bulu', indo' logo

Sengeremmu samanna pada bulu', indo' logo
Adammu samanna silappae, ala silappae
Buttungeng manenggi
Butungeng manenggi

 

Terjemah :
 

Dua gunung bagaikan berdampingan, bunda logo (2x)
Yang manakah lagi yang kita tempati
Untuk melabuhkan kenangan indah (2x)

Kenanganmu bagaikan setinggi gunung, bunda logo (2x)

Tutur sapamu walau hanya sepatah
Meruntuhkan segalanya (2x)

 

Tafsir Surat Al-Fatiha


Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah,
                   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ1
lagi Maha Mengasihani    
Nasaba' asengna Puang Allah Ta'ala iyya mesero   
mabbere na masero makkamase.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam                        حَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
 Idi'mi Puang Onrong sininna rampe rampe
 madeceng (akkasiwiangnge)

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang                                       لرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ 
 Puang Masero Pamasei na Masero Mabbere

Yang menguasai di Hari Pembalasan                                         مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
 Puang makkatenniwi Esso Ri Monri (Esso Pamale')

Hanya Engkaulah yang kami sembah,                         .5إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ       
dan hanya kepada Engkaulah kami meminta 
pertolongan.
Idi'mi Puang Ri Sompa na Idi'mi U wonroi mellau Tulung


Tunjukilah kami jalan yang lurus,                                 اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيم6
E' Puang, Jellokengnga' Laleng MalempuE


                                              صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

(Yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau            
beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) 
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) 
mereka yang sesat.
Iyyanaritu Laleng patujue, laleng To Riamesie, 
tania laleng Mu bacciE na taniato laleng 
mappakabiling mpilingE




:

Senin, 15 Oktober 2012

Pepatah BUGIS


SIRI'E MI RIONROWONG RI-LINI
(Hanya untuk siri'itu sajalah kita tinggal di dunia).

Artinya: Dalam pepatah ini ditekankan bahwa siri’ sebagai identitas sosial dan martabat pada orang Bugis, dan jika memiliki martabat itulah, hidup menjadi berarti.


*******************

PURA BABBARA' SOMPEKKU,
PURA TANGKISI' GOLIKKU,
ULEBBIRENNI TELLENNGE' NATO'WALIE'
(Layarku sudah berkembang, kemudiku sudah terpasang, lebih baik tenggelam daripada kembali).

Artinya: Semangat yang mengandung makna kehati-hatian dan didasarkan atas acca (mendahulukan pertimbangan yang matang).


Pelaut Bugis tak akan berlayar sebelum tiang, jangkar, serta tali-temali diperiksa cermat dan teliti. Di samping itu juga memperhatikan waktu dan musim yang tepat untuk berlayar. Setelah segala sesuatunya meyakinkan, barulah berlayar.


*************
****************
TELLU RONNA SITINRO',
CINNA-E UDAANI-E , NAPASSENGERENG.
Maksudnya: Tidak dapat dipisahkan antara Cinta, rasa rindu dan kenangan indah.

*********************
**************

PADA IDI PADA ELo, SIPATuO SIPATONGKOK.

Maksudnya: Sehidup semati

ANRE BAJEKMU LALOPADDOKO.

Maksudnya: Baru kau tahu

POLO PAU POLO PANNI

Maksudnya: Suka hatimu lah

LAONI MAI TO SIATTINGLIMA TOSITONRA OLA TESSIBELLEANG


(Marilah kita bergandengan tangan berjalan seiring tanpa saling menghianati)

 SIPAKATAU

(Saling memanusiakan , menghormati / menghargai harkat dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH tanpa membeda - bedakan, siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat/hukum yang berlaku.)

 SIPAKALEBBI

(Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat)

 SIPAKAINGE

(Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang lain)



 

PASENG Bugis

Bukan kehebatan dari nasihat yang kau yakini - yang akan menghebatkan hidupmu, tapi kehebatan dari kesungguhanmu untuk berlaku patuh dalam kebaikan dari sesederhana-sederhananya nasihat


Sengeka golla, na u`senge`ki kaluku, 
na to` sirampe ri` manennungeng, 
narekko massarakki bajae sangadie, 
napoleiki uddani congaki ribitarae tosiduppa mata riketengnge.
Rekko pale maeloki missengi kareba`ku,
ta`kkutanangi pasekku ri anging labu kessoe. 
Engkatu bunga-bunga sitakke utanengakki, 
narekko makelle’i daunna tabollorangmanika kasi na`saba wae mata. 
Sarekkoammnengi engka mancaji passengereng pallawa uddani. 

 **************************************
Paseng /Paparingerrang dalam Bahasa Bugis
Engngerangngi duwae - alupaiwi duwae :
- Engngerangngi pappedecenna tau laingnge lao rilaemu
- Engngerang toi pappeja'mu lao ripadammu tau.
- Alupaiwi pappeja'na padammu tau lao rialemu
- Alupai toi pappedecemmu lao ripadammu tau.


Artinya :
Ingat dua hal dan lupakan dua hal ;
- Ingatlah kebaikan orang lain terhadap dirimu
- Ingat juga keburukan dirimu terhadap orang lain.
- Lupakan kebaikan kamu terhadap orang lain
- Lupakan juga keburukan orang lain terhadap dirimu.




 ********************************

Patampuangeng murennuangngi,
Seuwani awaraningengnge, maduanna accae, 

matelluna asugirengngi, maeppana dara'e.
Apa aju tabu'e satu sikuwae. Iya aju tabu'e
Tellu onrong de'sa tu naonroi madeceng.
Ritaro ritanae nanre'i bebbu'e, ritaro'i ri uwae'i masigai atamang,
Ritaro'i ri apie masigai puppu.


  Artinya :
Jangan berharap kepada empat jenis iaitu;
Pertama; keberanian, kedua; kepintaran, ketiga;kekayaan.keempat 

derajat/keturunan.
Sebab keempat ini adalah umpama kayu lapuk.
Adapun kayu lapuk tak bisa disimpan dengan baik.
Di tanah dimakan rayap. Di simpan di air akan terendam basah.
Disimpan di api cepat habis terbakar. 


****************************************

Eppai pasalewangengngi seddie tau;
- Teppalaloengngi ada-ada masala naewae situdangeng.
- Teppaliwengiengiengngi gau' siratannae.
- Moloiwi ropporoppo narewe' paimeng.
- Molai laleng namatike'


Artinya :
Ada empat hal yang membuat orang selamat ;
- Tidak menyinggung dengan kata-kata sesamanya yang duduk.
- Tidak melampaui batas kewajaran
- Menemui janlan buntu, dia kembali
- Melewati sebuah jalan, dia hati-hati.

Eppa'i uwangenna paramata matappe'e
Sewuwani teppe'e
Maduanna issengnge
Matellunna gau pattuju'e
Maeppanna siri'e


Artinya :
Ada empat permata yang memancarkan cahaya pada anak
 cucu nabi adam
Pertama : iman dan kepercayaan
Kedua : pengetahuan
Ketiga : perbuatan baik
Keempat: harga diri


***********************************

Ceko riyala sanreseng
Pajaneng temmalampe'
Riyala pakkawaru.
Lempuu riyala sanreseng
Pajaneng masumange'
Madeceng laona


Artinya :
Jika sifat curang dijadikan pedoman (sandaran)
Tentulah takkan mungkin lestari
Untuk dijadikan pengharapan
Jika kejujuran dijadikan pedoman (sandaran)
Tentulah akan menjadi sesuatu yang indah
Segala sesuatunya akan baik 


*********************************************

Uwappasengenngi makkatenning ri limaé akkatenningeng:
Mammulanna, ada tongenngé,
Maduana, lempuk-é,
Matellunna, gettenngé,
Maeppakna, sipakataué,
Malimanna, mappesonaé ri pawinruk séuwaé,


Artinya :
Aku memesankan berpegang pada lima pegangan:
Pertama, perkataan yang benar,
Kedua, kejujuran,
Ketiga, keteguhan pada keyakinan,
Keempat, saling menghargai sesama manusia,
Kelima, berserah diri kepada pencipta yang tunggal.




***************************************************

Paddioloiwi nia' madeceng ritemmaddupana sininna gau'e.
Artinya :
Dahuluilah dengan niat yang baik sebelum terlaksananya semua perbuatan.

- Aja' mumatelleng poadangngi rahasiya makkunraimmu,
- Aja' mumatelleng sanre ri tosugi mammula menre'e.
- Akkalitutuiwi majjowa ri arung maloloe.
- Aja mutonangi lopi wati sewalie.


Artinya:
- Hati-hati jika membuka rahasia pada isterimu
- Hati-hatilah jika bersahabat dengan orang kaya baru.
- Hati-hatilah mengikut pemimpin yang masih muda.
- Jangan menumpang perahu yang hanya memiliki pengapung sebelah.

 ***********************************************************

Lima rupanna mappasala nawanawa ;
1. Masero cinnae
2. Nabette rennu
3. Nalipe'e tau
4. Nawasue bacci
5. Maraja teyae.


Artinya:
Lima macam yang membuat orang salah pemikiran ;
1. Terlalu mau
2. Terlalu gembira
3. Terlalu takut
4. Terlalu marah
5. Terlalu tidak mau.



***************************************
Tanranna tau sulesana-e:
Mola-i ada naparapi,
Duppa-i ada napasau,
Matu ada natuttukenna,
Taro-i gau' nariakkuanna-e'.


Artinya:
Ciri orang bijaksana:
Mampu mengikuti pembicaraan,
Dalam menyambut pembicaraan ia membalasnya dan mengalahkannya,
Menyusun pembicaraan dengan teratur dan terarah,
Melakukan perbuatan yang sepatutnya.


 **************************************
Eppa' tanranna tomadeceng kawali'e ati'e,
Sewuwani passui'e ada' nappatuju,
Maduanna matu'i ada' nasatinaja,
Matellunna ada' nappasau',
Maeppa'na molai ada na parapi.


Artinya :
Ada empat tandanya orang yang baik hati.
Pertama, mengeluarkan perkataan yang benar (bercakap benar),
Kedua, menyusun kata-kata yang bijaksana,
Ketiga, menerima perkataan (nasihat) dan menguasainya,
Keempat, teliti dalam berkata

 *************************************
Naiya solangnge'i mangkaue,
Sewuwani nabawampawangngi tau tebbe'e,
Maduanna denna situru'e ada ribicara melempu'e,
Matellunna temmalempue'i ripadanna tau,
Maeppana napesangi tori alena maggau' bawang ri tomaega'e.


Artinya :
Seseungguhnya yang merusak pemimpin itu adalah :
Pertama, bertindak sewenang-wenang kepada rakyat.
Kedua, tak ada kesepakatan dalam kejujuran.
Ketiga, tidak jujur kepada sesama insan,
Keempat tidak melarang orangnya berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat.



**************************************
Makkedai nabitta Muhammad saw."iyyaritu lino'e, eppa'i uwanggena,
Sewuwani arung malempu'e,
Madduanna panrita bokoringngi'e lino'e, pakkasiwiyanna manri puang allah ta'ala napogau,
Matelluna to'sugi'e na malabo,
Ma'epana pakke're sabbar'ra. 


Artinya:

Telah bersabda nabi junjungan kita Muhammad saw. : dunia ini empat tiangnya,
Pertama pemerintah yang amanah,
Kedua para ulama yang membelakangkan dunia dan hanya mengutamakan suruhan agama,
Ketiga para hartawan yang dermawan dan
Keempat fakir miskin yang sabar. 



********************************************

Aniniiri 2, mupoadai 1, mupogau'i 1, muingerrangngi 2, muallupai 2 mulolang ri tengngana padammu rupa tau.
1. Aja' mucellai pojinna tauwwe...
2. Aja' murekengngi appunnanna tauwwe...
3. Poadai anu sitinaja weddingnge napurio tauwwe...
4. Pogau'i gau' sitinaja weddingnge napudeceng tauwwe...
5. Ingngerrangngi pappedecengna tauwwe lao ri idi'...
6. Ingngerrangngi asalammu lao ri tauwwe...
7. Allupaiwi pappedecengmu lao ri tauwwe...
8. Allupaiwi asalangna tauwwe lao ri idi'...


****************************************

Duami passaleng nassabaari nasisala rupa tauwwe 
ri lalengna lino.
Anu temmanessae sibawa
Anu tenripahangnge"
Artinya :
Hanya 2 hal yang menjadi penyebab perselisihan antar 

sesama manusia di dunia ini
Hal yang tidak jelas dan
Hal yang tidak dipahami
 


Artinya :
Lele buluu tellele abiasang, naekia lelemoo abiasangengnge, abiasang toopa palelei
Artinya :
(Gunung dapat berpindah tapi kebiasaan tidak dapat berpindah, namun kebiasaan dapat berpindah jika kebiasaan pula yang memindahkannya) 





Jumat, 12 Oktober 2012

Bugis-Makassar di Lintasan Sejarah


Ada cerita menarik tentang orang Bugis di Brunei. Tahun 1996, saya berkesempatan mengikuti seminar internasional di negara itu. Sewaktu istirahat, saya bertemu dua pegawai Museum Brunei. Sewaktu memperkenalkan diri bahwa saya orang Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan, keduanya sedikit kaget.

Mengapa orang Bugis tidak keriting rambutnya dan hitam kulitnya?” kata mereka. Kali ini saya yang terkejut. ”Orang di sini mengenal ciri-ciri orang Bugis itu keriting rambutnya dan hitam kulitnya. Mereka sangat ditakuti sehingga gadis-gadis di sini yang kepala batu biasanya ditakut-takuti dengan mengatakan akan dikawinkan dengan orang Bugis,” katanya.

Lain lagi cerita seorang teman dari Malaysia yang baru-baru ini mampir di Makassar dalam perjalanannya ke Wakatobi, Sulawesi Tenggara, untuk mengikuti seminar Asosiasi Tradisi Lisan. Ia bermalam sehari di Makassar. Ketika saya mengajak jalan-jalan di Makassar, rona wajahnya menampakkan keheranan.

”Apakah ini Makassar, tempat asal orang-orang Bugis? Dalam pikiran saya, Makassar itu masih terbelakang. Gambaran saya mengenai daerah Bugis jauh dari perkiraan saya,” ujarnya.

Mungkin karena sedemikian kagetnya sampai-sampai ia mengatakan bahwa Makassar seperti Petaling Jaya, satu kawasan yang cukup ramai di daerah Selangor, Malaysia. Setelah saya menjelaskan mengenai sejarah dan budaya orang Bugis-Makassar-Mandar dan Toraja, kekagetan itu makin tampak di wajahnya. Ketika saya mengatakan bahwa Makassar pernah menjadi ibu kota negara Indonesia Timur, ia tampak lebih bingung lagi.

Dua cerita di atas sedikit menggambarkan mengenai ketidakjelasan siapa yang disebut dengan orang Bugis. Satu hal yang sangat kontroversial jika dikaitkan dengan peran yang demikian besar yang dibangun oleh orang Bugis-Makassar dalam sejarah panjang Nusantara. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa orang Bugis-Makassar memberi andil yang sangat besar dalam penyatuan negara Indonesia.

Jika berbicara mengenai Sumatera Utara, pasti orang Batak yang ada dalam benak kita. Demikian juga jika orang berbicara mengenai Sulawesi Selatan, orang langsung menyebut orang Bugis meskipun Bugis hanyalah satu dari empat suku besar yang ada di daerah ini: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.

Suku Bugis adalah suku terbesar yang ada di Sulawesi Selatan. Mereka yang berada di luar Sulawesi Selatan lebih banyak lagi. Mereka mendiami 15 dari 21 kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Bone, Soppeng, Wajo, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Sidenreng Rappang, Bulukumba, Sinjai, Pinrang, Barru, Enrekang, Parepare, Pangkajene Kepulauan, dan Maros. Dua kabupaten terakhir merupakan daerah-daerah peralihan, yang penduduknya berbahasa Bugis maupun Makassar.

Mereka dikenal sebagai suku bangsa pelaut dan tersebar hampir di seluruh Nusantara sampai ke Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei. Daerah tempat mereka berdagang bahkan sampai ke utara Australia. Demikian tersebarnya orang Bugis ini sehingga Mochtar Naim, antropolog, mengatakan, di mana ada tambatan perahu, di situ pasti ada orang Bugis.

Mengapa hanya Bugis yang dikenal dan semuanya menjadi Bugis? Sarung bugis, kapal bugis, budaya bugis, bahkan sampai makanan: kue bugis. Bagaimana dengan orang Makassar, Mandar, dan Toraja, yang juga berasal dari Sulawesi Selatan? Bahkan, kerajaan besar, seperti Gowa yang identik dengan suku Makassar, juga seperti tidak dikenal luas?

Berbicara mengenai Bugis, dalam catatan sejarah sering dirujuk kepada Bone semata. Di sinilah faktor kekeliruannya. Meskipun diketahui bahwa VOC telah menjuluki Arung Palakka (Raja Bone XV, memerintah 1667-1696) sebagai De koning van Bugis, sesungguhnya etnis Bugis juga terdiri atas sejumlah kerajaan-kerajaan yang satu dengan lainnya tidaklah akur. Mereka memiliki raja sendiri-sendiri.

Di antara mereka sering dibangun perjanjian untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul. Bahkan, ketika Kerajaan Gowa mulai kuat dan menunjukkan upaya perluasan kekuasaan dan pengaruhnya, ada kekhawatiran di kalangan raja Bugis sehingga kerajaan-kerajaan itu membangun satu aliansi besar yang terdiri atas Bone, Soppeng dan Wajo (TellumpoccoE).

Demikian juga suku Makassar. Mereka ini juga terdiri atas beberapa kerajaan, tetapi yang besar adalah Kerajaan Gowa dan Tallo, yang lebih dikenal dengan Kerajaan Makassar.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin terjadi perang antara VOC dan Gowa, yang juga melibatkan sejumlah kerajaan Bugis di dalamnya. Sebutlah seperti Bone, Soppeng, daerah-daerah Turatea, dan sejumlah kerajaan-kerajaan kecil yang memihak kepada VOC.

Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Arung Palakka untuk memanfaatkan kekuatan VOC dalam upaya memerdekakan Bone, yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Gowa. Perang itu sendiri berakhir dengan kemenangan VOC dan ditandatangani Perjanjian Bongaya yang telah mengakhiri seluruh kebesaran dan kejayaan Kerajaan Gowa. Kerajaan Bone kemudian diberi sejumlah hak istimewa. Setelah Perjanjian Bongaya, Bone menjadi satu-satunya kerajaan yang terkuat dan berkuasa di Sulawesi Selatan.

Perjanjian Bongaya itu sendiri tidak dapat diterima oleh sebagian bangsawan tinggi Kerajaan Gowa, juga beberapa kerajaan yang bersekutu dengan Gowa, seperti Wajo (Bugis) dan Mandar (sekarang menjadi Provinsi Sulawesi Barat). Mereka kemudian meninggalkan daerah Sulawesi Selatan dan membangun kekuatan di luar dan selalu bersedia merelakan tenaganya untuk digunakan demi melawan Belanda.

Gelombang pengungsi dari Sulawesi Selatan tidak saja terdiri atas orang-orang Makassar, tetapi juga suku Bugis yang juga tidak setuju atas perjanjian itu. Agar lebih aman dalam pelayaran, mereka sering menyebut dirinya orang Bugis meskipun mereka adalah orang Makassar atau Mandar.

Dalam perkembangan berikutnya, gelombang pengungsi dari daerah-daerah Bugis juga mengalir. Pada masa pendudukan Inggris di Sulawesi Selatan (1812- 1816), Kerajaan Bone melakukan perlawanan sehingga pusat kekuasaan Kerajaan Bone yang berada di Bontoala (satu wilayah dekat Makassar) diserang dan orang-orang Bugis terpaksa meninggalkan daerah itu.

Pada tahun 1824-1825, Belanda melakukan serangan pertama atas Kerajaan Bone, juga mengakibatkan terjadi pengungsian. Pada tahun 1859-1860, Belanda sekali lagi melakukan serangan yang mengakibatkan Kerajaan Bone berubah statusnya dari kerajaan sekutu menjadi ”kerajaan pinjaman” dari Pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1905, sekali lagi Belanda melakukan serangan yang mematikan atas Kerajaan Bone dan akhirnya Kerajaan Bone kembali berubah statusnya menjadi kerajaan taklukan. Perlawanan yang dibangun Kerajaan Bone dengan sekutu-sekutu Bugisnya telah mengakibatkan banyak terjadi pengungsian, tidak saja di dalam wilayah Sulawesi, tetapi juga di luar Sulawesi.

Bugis-Makassar

Apa yang dikatakan orang Bugis atau orang Makassar menjadi sangat relevan jika kita berbicara sebelum abad XVIII. Pada masa itu, kedua etnis ini mencoba membangun hegemoni mereka. Tidaklah menjadi sesuatu yang tabu ketika kedua etnis besar ini pada masa lalu sering berhadapan di medan laga untuk mempertahankan kekuasaan mereka.

Meskipun demikian, hegemoni yang dibangun itu tidak saja terbatas antara etnis Makassar dan Bugis, tetapi juga di antara kerajaan Bugis sendiri yang juga mencoba membangun kekuatan. Tidak kurang dari 20 perjanjian yang dibangun antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Bone dan juga antara Kerajaan Bone dengan kerajaan Bugis lainnya.

Bagi orang Makassar, mereka sebenarnya tidak memiliki dendam dengan orang Bugis. Sebab, keterlibatan orang Bugis hanyalah mempercepat terjadinya perang. Sejak awal VOC sudah merencanakan untuk menguasai Kerajaan Gowa.

Oleh karena itu, di luar Sulawesi Selatan mereka tetap menyatu, bahkan mereka (baca: orang Makassar) menyebut dirinya juga orang Bugis. Demikian pula Arung Palakka. Ia tidak menaruh dendam kepada Kerajaan Gowa yang menguasai Bone.

Arung Palakka kemudian mendekatkan semua kerajaan besar yang ada di Sulawesi Selatan dalam satu ikatan perkawinan. Inilah yang mungkin ingin disampaikan Leonard Andaya yang menulis buku The Heritage of Arung Palakka. Oleh karena itu, kini istilah Bugis sepertinya tidak serasi tanpa kata makassar, yaitu Bugis-Makassar.


********************************************************* 


Suriadi Mappangara Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar; Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Sulawesi Selatan

Kamis, 11 Oktober 2012

MUNCULNYA KERAJAAN SOPPENG


INTEGRASI SOPPENG RILAU KE SOPPENG RIAJA
 HINGGA MUNCULNYA KERAJAAN SOPPENG

Awal keberadaan
Dengan kemunculan Tomanurung dari Sekkanyili’ (Soppeng Riaja) dan Manurunnge dari Goarié (Kerajaan Soppeng Rilau) merupakan fase awal dari ketenangan dan ketentraman masyarakat Soppeng sejak dilanda kemarau yang panjang. Kehidupan masyarakat kedua kerajaan tersebut senantiasa tentram dan damai sebagaimana layaknya dua orang bersaudara kembar. Hal ini tidak mengherankan, karena Kerajaan Soppeng Riaja sebagai pusat aktifitas politik mampu membina secara harmonis hubungan politiknya dan kekeluargaan dengan kerajaan Soppeng Rilau.

Fase kedamaian ini berlangsung hingga kurang lebih 260 tahun lamanya, yaitu mulai tahun 1300 an sebagai masa awal Pemerintahan La Temmamala sebagai Datu I di Soppeng Riaja dan We Temmabubbu sebagai Datu I di Soppeng Rilau hingga terjadinya konflik perselisihan antara Datu La Mataesso Puang Lipué Patolaé dengan Datu La Makkarodda Latenribali masing-masing sebagai Datu di Soppeng Riaja dengan Soppeng Rilau.
Konflik

Menurut catatan dalam naskah lontara dikatakan bahwa, terjadinya konflik ini disebabkan keambisian La Makkarodda untuk menguasai wilayah Soppeng Riaja. Pertikaian ini meningkat menjadi perang saudara. Namun keambisian La Makkarodda ini tidak seluruh kerajaan lili-nya mendukung tindakan yang dilakukan La Makkarodda sehingga saat pecahnya perang saudara ini menyebabkan Kerajaan Soppeng Rilau mengalami kekalahan.
La Makkarodda sebagai Datu Soppeng Rilau tidak puas atas kekalahannya itu. Untuk membalas kekalahannya, dengan kekearasan hati ia terpaksa meninggalkan negerinya untuk mencari sekutu atau bala bantuan dari kerajaan tetangga.

Namun sebelum meninggalkan negerinya, telah datang perutusan dari Soppeng Riaja untuk meminta La Makkarodda agar sudihlah kiranya kembali ke negerinya untuk tetap memegang tampuk ke-Datu-an di Kerajaan Soppeng Rilau. Hal ini ditempu La Mata Esso untuk senantiasa menjaga persatuan dan kekeluargaan antara Kerajaan Sopeng Riaja dengan Kerajaan Soppeng Rilau.

Maksud baik La Mata Esso ditolak mentah-mentah oleh La Makkarodda, “Bessing Passuka, bessing topa parewekka” (saya keluar karena tombak (perang) maka saya pun hanya akan kembali dengan tombak (perang) pula). Itulah jawaban La Makkarodda terhadap perutusan itu hingga ia melanjutkan perjalanannya ke Kerajaan Bone untuk mencari persekutuan dan sekaligus meminta bantuan guna melawan kerajaan Soppeng Riaja. Akan tetapi setelah La Makkarodda mendekati kerajaan Bone, nampaknya niat itu tidak diterima dengan pertimbangan dari pihak Kerajaan Bone : “bila kami mendukung berarti memperpanjang konflik antara kerajaan Soppeng Riaja dengan Soppeng Rilau; disamping itu bila kami memberikan bantuan maka kelak Kerajaan Bone akan menjadi musuh dari Soppeng Riaja.”
Karena rencananya tidak diterima, maka La Makkarodda memutuskan untuk tinggal di wilayah kerajaan Bone hingga suatu ketika La Makkarodda memperistrikan We Tenripakkuwa saudari kandung Raja Bone La Tenrirawe Bongkanngé.

Perkawinan La Makkarodda dengan We Tenripakkuwa berimplikasi terbukanya suatu kesempatan dalam rangka ikatan persahabatan antara kerajaan Bone dengan kerajaan Soppeng. Hal ini tercermin dari ungkapan penasehat Kerajaan Bone Kajao Lalliddong, “Saya merasa senang atas kebijaksanaanmu (taneng-tanengmu) itu menjodohkan adik kandungmu dengan Datu Mario (La Makkadordda). Apabila nantinya ada anak keturunannya kembali ke negeri Soppeng, maka sedapat mungkin diadakan ikatan persaudaraan antara tanah Sopppeng dengan tanah Bone”.

Betapa besar penghargaan Kajao lalliddong selaku penasehat dan diplomat Kerajaan Bone ini untuk mempersaudarakan negeri dan rakyat Kerajaan Bone dengan negeri dan rakyat Kerajaan Soppeng jika kelak dikemudian hari.
Federasi Soppeng Rilau bergabung dengan Soppeng Riaja

Sementara berlangsungnya perselisihan antara Datu Soppeng Riaja La Mataesso dan Datu Soppeng Rilau La Makkkarodda, Arung Umpungeng datang menghadap Datu Soppeng Riaja. Namun sebelum pertemuannya dengan La Mataesso terlebih dahulu diterima oleh La Waniaga Arung Bila. Dalam pertemuan awal dengan Arung Bila itu, Arung Umpungeng menyatakan diri atas nama rakyat Umpungeng beralih ke Soppeng Riaja dan bernaung di bawah payung pemerintahan Datu Soppeng Riaja.

Disampaikan pula maksud kedatangannya, agar diberikan perlindungan oleh Soppeng Riaja, karena mereka tidak sudi bersekutu dengan orang yang berbuat kesalahan (maksudnya La Makkarodda), dan beliaupun bersumpah tidak akan menghianati La Mataesso. Maksud Kedatangan Arung Umpengeng tersebut kemudian disampaikan oleh Arung Bila kepada Datu Soppeng Riaja La Mataesso dan beliaupun bersedia menerimanya pada pertemuan tingkat resmi selanjutnya.

Pada pertemuan tingkat resmi antara Arung Umpungeng dengan La Mataesso, beliau berjanji dan memohon kepada La Mataesso kiranya beliau diperkenankan bernaung di bawah payung kekuasaan Soppeng Riaja dan tidak diperlakukan secara sewenang-wenang. Maksud baik itu diterima dengan penuh ketulusan hati oleh Datu Soppeng Riaja La Mataesso, maka diadakanlah jamuan bersama dengan meminum tuak, hal mana kemudian dijadikan dasar pihak Arung Umpungeng untuk mengucapkan sumpah setianya kepada La Mataesso, “Adapun tuak sudah kuminum, hendaknya janganlah keluar melalui mulut dan tidak pula dengan lubang dubur atau penis, akan tetapi biarkanlah keluar ke samping (usus yang sobek) jika sekiranya aku ingkar janji”. Itulah sumpah setia Arung Umpungeng di hadapan La Mataesso sebagaimana tercantum dalam naskah lontara, dan seketika itu daerah Umpungeng sah berada di bawah payung kekuasaan Soppeng Riaja.

Beralihnya Umpungeng ke dalam wilayah Soppeng Riaja dengan melalui perjanjian politik seperti tersebut di atas, dengan sendirinya secara langsung membawa pengaruh yang sangat berarti dalam proses perkembangan politik dalam negeri Kerajaan Soppeng Rilau. Diantaranya, semakin lemahnya potensi dan kekuatan Soppeng Rilau, sementara kerajaan Soppeng Riaja menjadi semakin kuat. Dengan demikian akhirnya Kerajaan Soppeng Rilau mengalami kekalahan.
Intergrasi
Berkali-kali Datu Soppeng Riaja La Mataesso menempu upaya pedamaian dengan Datu Soppeng Rilau La Makkarodda. Upaya pertama sebagaimana telah dikemukakan di atas, namun upaya itu selalu ditolaknya dengan kekerasan hati. Penolakan ini dilandasi oleh keyakinannya bahwa ia mampu mengalahkan nanti Soppeng Riaja setelah mendapatkan bantuan dari kerajaan Bone mengingat kerajaan Bone waktu itu disamping kerajaan tentangga juga merupakan kerajaan yang sangat berpengaruh dan cukup kuat dari segi pertahanan. Namun bantuan yang diimpikan itu tidak mendapat sambutan dari raja dan para bangsawan di Kerjaan Bone.
Dengan perasaan sangat kecewa Datu La Makkarodda memutuskan untuk tinggal di Kerajaan Bone atas izin Raja Bone La Tenrirawe Bongkannge.

Kemudian tawaran perdamaian kedua diajukan kepadanya untuk kembali memimpin kerajaan Soppeng Rilau setelah La Makkarodda berhasil mempersunting adik kandung Raja Bone La Tenrirawe. Niat baik berdamai ini ditolaknya dengan alasan demi menjaga terjadinya perselisihan dan pertikaian yang mungkin terulang lagi apabila beliau tetap memegang tampuk pemerintahan di Kerajaan Soppeng Rilau.

Perudingan perdamaian pertama dan kedua itu selalu ditawarkan atas inisiatif Datu Soppeng Riaja La Mataesso. Kenapa justru La Mataesso selalu menawarkan perdamaian kepada Datu Soppeng Rilau La Makkarodda untuk kembali memerintah Soppeng Rilau?. Disinilah tercermin bagaimana sikap dan kecintaan Datu Sopeng Riaja yang tetap berusaha menjaga persatuan dan kedamaian antara dua kerajaan. Disamping itu ia berusaha menghindari terjadinya peperangan yang meluas dan berkepanjangan itu dengan melibatkan pihak luar yaitu kerajaan Bone.

Namun dalam perkembangan selanjutnya ketika perundingan ketiga terjadi sangat berbeda sebelumnya, karena ternyata atas inisiatif Datu Soppeng Rilau La Makkarodda sendiri yang berinisiatif untuk melakukan perdamaian dengan Soppeng Riaja. Kesungguhan hati La Makkarodda untuk berdamai dengan La Mataesso dapat disimak dari makna sumpah dan janjinnya ketika bertemu dengan Topaccaleppa Taautongennge (penasehat kerajaan) dan juga ketika beliau bertemu dengan Datu La Mataesso. Dalam pertemuannya itu, beliau bersumpah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang sudah berlalu, yakni berniat tidak baik terhadap Kerajaan Soppeng Riaja, bahkan beliau juga mengajukan permohonan untuk kembali bermukim di Wilayah Kerajaan Soppeng tanpa memegang jabatan dan kedudukan apa pun. Mengenai soal tahta kerajaan di Soppeng baik di Soppeng Rilau maupun di Soppeng Riaja beliau juga berpesan kepada seluruh anak keturunannya kelak agar tidak menginginkannya lagi. Akan tetapi pada waktu itu tiba-tiba Datu Soppeng Riaja La Mataesso memegang tangannya La Makkarodda, sambil berkata, “saya kecualikan apabila terjalin ikatan tali perkawinan di antara anak cucu kita kelak di kemudian hari”.

Selanjutnya, pada waktu yang telah ditentukan, bersidanglah Dewan Adat yang dihadiri oleh rakyat dari Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja. Dari pertemuan tersebut mereka melakukan upacara Mallamung Patue sebagai simbol ikatan perjanjian persahabatan antara La Makkarodda dan La Mataesso yang kemudian ditanam secara bersama-sama yang dipersaksikan kepada Dewata Seuwae (Tuhan Yang Esa) dan keduanya berjanji’ “Barangsiapa di antara kita yang ingkar janji, maka akan ditindih oleh batu itu serta tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kepada anak keturunannya kelak”.

Dengan selesainya tahapan perjanjian perdamaian yang ketiga antara La Makkarodda dengan Lamataesso maka Soppeng memasuki era baru, yakni ditandai dengan berakhirnya kerajaan kembar di Soppeng dan selanjutnya menjadi satu kesatuan tunggal (mabbulo peppa) di bawah satu panji kebesaran dan satu orang raja berdaulat sebagai pemegang tampuk pemerintahan yaitu, “Kerajaan Soppeng”.

Sebagai hasil keputusan Dewan Adat maka diangkatlah La Mataesso Puang Lipue Patolae sebagai Datu Soppeng Bersatu (1560) dan La Makkarodda Totenribali diangkat menjadi pangepa’ (Perdana Menteri) Kerajaan Soppeng. Setelah kerajaan Soppeng Rilau berintegrasi dengan Soppeng Riaja, maka pusat kerajaan dipusatkan di Laleng Benteng.

Integrasi Kerajaan Soppeng Rilau ke dalam Soppeng Riaja, merupakan suatu proses penyatuan komponen-komponen sosial kultural yang berbeda-beda kedalam satu hubungan dan jalinan yang terintegrasi serta menjadi kebulatan yang utuh untuk mencapai suatu identitas baru sebagai suatu kerajaan yang bersatu. Ini berarti, bahwa integrasi bukanlah merupakan konkolusi dari komponen-komponen yang berbeda-beda saja, tetapi juga yang paling esensial adalah semangat laten dan konkret yang dapat dimanifestasikan ke dalam suatu tindakan nyata untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu “perdamaian”.
Refleksi

Dari perang saudara yang pernah terjadi itu telah mengajarkan kita tiga hal :
Antara La Makkarodda dan Mataesso adalah pemimpin yang visioner, mampu melihat ke depan bagaimana membuat perencanaan strategis jangka panjang agar kedua rumpun rakyatnya kian maju, bukan terprosok mundur ke lembah perang saudara. Keduanya telah berpikir jauh menembus batas kepentingan generasinya. Capaian visinya tergambar dari kerelaan meleburkan kedua identias kerajaannya menjadi kerajaan Soppeng.
Mampu menggerakkan orang-orang terdekatnya sehingga muncul teamwork yang solid dan antusias untuk melaksanakan visinya.
Keduanya memiliki inisiatif yang bisa dijelaskan kepada orang lain sehingga memperoleh dukungan luas dari rakyatnya


                                               *************************
 Oleh : H. A. Ahmad Saransi



Rabu, 10 Oktober 2012

Asal usul Raja Bugis


Dipercaya bahwa asal-usul raja-raja di Sulawesi Selatan berasal dari To Manurung (orang bunian) manusia yang berasal dari langit, turun ke bumi. To Manurung ini membawa segala kebesaran, kehormatan, dan kesaktiannya. Menurut riwayat kuno, daratan Sulawesi mengalami 3 kali kedatangan To Manurung. Siapa saja mereka?PERISTIWA ‘pendaratan’ pertama:
 

Yang mula-mula menjejakkan kakinya di daratan Sulawesi ialah “Tamboro Langi”. Lelaki perkasa ini berdiri di puncak gunung Latimojong. Ketika itu, daratan Sulawesi masih tergenang air, hanya puncak gunung Lompobattang yang mencuat di sebelah selatan, dan puncak gunung Latimojong di tengah-tengah.

Tamboro Langi lalu memproklamirkan diri sebagai utusan dari langit untuk memimpin manusia. Dengan kata lain, dia mengangkat dirinya sebagai raja dan rakyat harus tunduk padanya.
Tamboro Langi kawin dengan Tande Bilik, yaitu seorang dewi yang muncul dari busa air sungai Saddang. Puteranya yang sulung bernama Sandaboro, beranakkan La Kipadada. La Kipadada inilah yang membangun 3 buah kerajaan besar, yakni: di Rongkong asal mulanya kerajaan Toraja, di Luwu asal mulanya kerajan Bugis, dan di Gowa asal mulanya kerajaan Makassar.
Laksana garis nasib setiap peradaban, setelah keturunannya mengalami masa kejayaan, kerajaan-kerajaan tersebut mengalami kemunduran yang berakibat kekacauan.

Untuk mengatasi kekacauan ini, ‘pendaratan’ kedua terjadi. Kali ini yang diutus masih seorang laki-laki bernama Batara Guru. Batara Guru kawin dengan We Nyilitimo, puteri dari Pertiwi (Bumi bawah) dan memperoleh putera yang diberi nama Batara Lattu. Batara Lattu kawin dengan We Opu Sengngeng, puteri dari Masyrik. Dari perkawinan mereka ini maka lahirlah puteranya yang bernama Sawerigading.

Sawerigading membentuk sebuah kerajaan besar (negara) yaitu kerajan Luwu di Palopo, yang di bawahnya terdiri dari kerajaan-kerajaan yang masing-masing merdeka dan berdaulat, seperti: Kerajaan Toraja, Palu, Ternate, Bone, Gowa, dll.

Kejayaan masa Sawerigading menemui pula kemunduran dan berakhir vakum; tujuh turunan lamanya tak ada raja si Sulawesi Selatan yang memerintah, sehingga yang memegang pemerintahan hanya penduduk isi dunia yang asli.

‘Pendaratan’ ketiga pun akhirnya tiba. Namun pendaratan kali ini terdapat beberapa orang To Manurung sekaligus pada beberapa tempat di tanah yang berbeda-beda, seperti di Toraja, Luwu, Bugis, dan Makassar, yang menjadi pokok asal raja-raja yang memangku kerajaan hingga saat ini.

To Manurung di Luwu bernama Sempurusiang, kawin dengan Pattiajala, puteri yang muncul dari air. To manurung di Bone bernama Matasilompoe, kawin dengan To Manurung perempuan di Toro. To Manurung di Gowa adalah seorang perempuan, kawin dengan Karaeng Bayo dari Pertiwi. To Manurung di Bacukiki memperistrikan To Manurung di Lawaramparang, dan turunannya menjadi raja di tanah-tanah sebelah barat danau Tempe (Ajatapparang) dan di sepanjang lereng gunung (Massinrinpulu).

Lalu, bagaimana corak pemerintahan mereka? Era Tamboro Langi’ adalah era pemerintahan yang absolute monarchi, yaitu kehendak raja saja yang jadi; rakyat cuma tahu tunduk dan menerima titah raja. Sementara pada peristiwa To manurung ketiga, corak pemerintahannya sudah agak demokrasi mesti diakui belum sempurna.

Peribahasa Bugis menyebutkan: “Makkeda tenribali, mette tenrisumpalang.” Artinya: “Berkata tak dapat dilawan, menyahut tak dapat disalahkan”. Gambaran akan sifat Absolute monarchie; apa yang dikatakan raja, itulah yang benar.

Namun sedikit berbeda ketika kejadian To Manurung di Gowa. Ketika To manurung menjejakkan kakinya di Tamalate, Patcallaya atas nama rakyat Gowa datang ke hadapan To Manurung, dan berkata: “Ana’mang, bainemang, iapa nakulle nipela, punna buttaya angkaeroki.” Artinya: Anak kami, istri kami, hanya dapat disingkirkan kalau tanah (rakyat) yang menghendaki.

Nampak di sini sifat-sifat demokrasi yang mulai berkembang ketika itu, bahwa seorang raja tidak bisa berbuat semaunya saja tanpa persetujuan adat. Hal ini dikuatkan oleh bukti ketika Tepu Karaeng Daeng Tarabung, Karaeng Bontolangkasa, raja Gowa ke XIII (1590-1593) diterjang gelombang pemberontakan oleh rakyatnya sendiri, lantaran memerintah secara zalim. Beliau ‘diusir’ dari kerajaannya pada tahun 1593.



Selasa, 09 Oktober 2012

Kamus Bahasa BUGIS Bag 2

Kamus Bahasa BUGIS Asli  (bukan Bugis-Makassar)



                             R


                                                         

RakkapengAlat Memotong Padi

RakkeangTingkap Dalam

Reppa’Pecah

Rese’Gabah

Ri monriDi belakang

Ri tengngaDi tengah

Ri yase’Di atas

Ri yawaDi bawah

Ri yoloDi depan

RijangUtara

RioloDahulu kala

                      Rakkala                   Alat untuk membajak sawah


                           S

                
                      Sadang                             Dagu







                                        
                    .
SamannaSepertinya

SamelangKutu busuk

Sampo genoSebahu

SampunungengMangkok

Sangadi Wenni’Kemarin dulu

SangadiBesok lusa

Sanggara’Pisang goreng

SaorajaIstana kerajaan

SapingSapi

SappoSepupu

SarebbaMinuman jahe

SarekkuammengSemoga

SarosoJagung diiris kecil

SeppiCopot

SerriRumput

Serra’Burung hantu

SerrangKemarau

Siame’Rekat

Siame’ame’Rukun

SiccanringPacaran

SikkuSiku

SilariangKawin lari

SilessurengSaudara

SipuKarung

Siru’Sendok

SisennaSekalinya

SissennaKenalannya

SitinajaSepantasnya

SokkoNasi ketan

SompaMahar

Sompe’Rantau

Songko’Peci

SukkuSempurna

Sulapa’Segi

SularaCelana

                     Salima                             Selima (belahan bambu)
                     Salaga                             Bajak , Alat un membajak sawah
                     Masalaga                        membajak sawah dg sapi     


                            T
                                                         

Tabe’Permisi

TakkappoTiba

Talliwe’Terlalu

TappereTikar, bergerak serong

TawaroSagu

TedongKerbau

TerriNangis

TimorengTimur

Timpa’ lajaTingkap luar

TimuBibir

TipuUtuh

To pangPangkal paha

ToddangHilir

TompangSepuh

TompoMuncul

Tudakki’Silahkan duduk

TudangDuduk

Tudangeng        Tempat duduk
                     Abussu              Terbanting
 

                          U  

                                                          

UlawengEmas

Ulle’Ulat

UluKepala

Uluwa’ / Gemme`Rambut

UrangUdang

UttuLutut
                    Ula                               Ular


                         W


                                                         

Wae KalukuAir Kelapa

Wae NamonamoEmbun

Wae PellaAir Panas

Wae Pura PellaAir telah Dimasak

WajuajuBaju

WasewaseKapak

WattangBarat

WellakkessoTerik matahari

Werre’Beras

WettangPerut

Wilua’Rambut
                    Wae                             Air


                         Y

                     

Yaregga                    Atau

Yase’Atas

YattungkaDisengaja

YawaBawah

YengkalingaDidengar
                     Ya'Jay                     Pura pura

  ***************************************************************

                       ANGKA 

                      Nolo                           Nol                      0
                                                                                       
.
Seddi Satu1
.
DuwaDua2
.
TelluTiga3
.
EppaEmpat4
.
LimaLima5
.
EnnengEnam6
.
PituTujuh7
.
AruwaDelapan8
.
AseraSembilan 9
.
SeppuloSepuluh10
.

.
Seppulo SeddiSebelas11
.
Seppulo DuwaDua belas12
.
Seppulo TelluTiga belas13
.
Seppulo EppaEmpat belas14
.
Seppulo LimaLima belas15
.
Seppulo EnnengEnam belas16
.
Seppulo PituTujuh belas17
.
Seppulo AruwaDelapan belas18
.
Seppulo AseraSembilan belas19
.
DuwappuloDua puluh20
.



.
Duwappulo SeddiDua puluh Satu21
.
Duwappulo DuwaDua puluh Dua22
.
Duwappulo TelluDua puluh Tiga23
.



.
TellupuloTiga puluh30
.
Tellupulo SeddiTiga pulu Satu31
.
Tellupolu DuwaTiga puluh Dua32
.



.
PatappuloEmpat puluh40
.
LimappuloLima puluh50
.
EnnengpulonaEnam puluh60
.
PituppuloTujuh puluh70
.
AruwapulonaDelapan puluh80
.
AserapulonaSembilan puluh90
.
SiratuSeratus100













































































***********************************************************

                        BULAN 

            BUGIS                BUGIS                     INDONESIA        ANGKA
                                                                                                         
                                                                                                                
NaagaiUleng SeddiJanuari1
.
PalagunaiUleng DuwaFebruari2
.
BisaakaiUleng TelluMaret3
.
JettoiUleng EppaApril4
.
SarawanaiUleng limaMei5
.
Pe'darawanaiUleng EnnengJuni6
.
SujiwiUleng PituJuli7
.
PacciekaiUleng AruwaAgustus8
.
PociyaiUleng AseraSeptember9
.
Mangasierai Uleng seppuloOktober10
.
Mangase'tiwi Uleng seppulo SeddiNovember11
.
MangalompaiUleng seppulo DuwaDesember12

******************************************************************

                         J A M

            BUGIS                         INDONESIA        ANGKA 

                                                                            
           .
Tette SeddiJam Satu1
.
Tette DuwaJam Dua2
.
Tette TelluJam Tiga3
.
Tette EppaJam Empat4
.
Tette LimaJam Lima5
.
Tette EnnengJam Enam6
.
Tette PituJam Tujuh7
.
Tette AruwaJam Delapan8
.
Tette AseraJam Sembilan9
.
Tette SeppuloJam Sepuluh10
.
Tette Seppulo SeddiJam Sebelas11
.
Tette Seppulo DuaJam Dua Belas12
.



.
Siteng`nga SIddiSetengah Satu12.30
.
Siteng`nga DuwaSetengah Dua01.30




**************************************************

                      A R A H

             INDONESIA            BUGIS (Soppeng)   BUGIS (Sidrap)

                                                                                      
.         
TimurA`lautTimoreng
.
SelatanMa`norengLautang
.
BaratO`reiWattang
.
UtaraMa`nyiangRijang
.



.
Atas
Ya`se
.
Bawah
Ya`wa
.
Samping
Ben`reng
.
Belakang
Monri
.
Depan
Yolo
.
Sudut
Sun (Sunna)



***********************************************************

                        WARNA
 
                  BUGIS                            INDONESIA  

                                         
                 .
Cella / EjaMerah
.
Cella PiliMerah Cerah
.
KudaraHijau
.
On`nyi / RidiKuning
.
PutePutih
.
BakkoMerah Jambu / Pink
.
Kamummu Ungu
.
Gawu / KondoBiru
.
Sikola`Coklat
.
Bolong / LotongHitam
.
Mabolong CenningHitam Manis
.
Bolong KeppuHitam Pekat
.
KellengHitam Kecoklatan
.
Awu-AwuAbu-Abu
.
JinggaJingga (orange)


*********************************************************

                        KELUARGA

                    BUGIS                             INDONESIA


                    

Sijing/Sumpulolo                        Keluarga
             .
NeneKakek / Nenek
.
Nene Uttu'Buyut
.
AmboBapak / Ayah
.
IndoIbu
.
WijaAnak
.
Ana BungeSulung
.
Paccucu`wang Bungsu
.
Sule`ssurengSaudara
.
Pada`roaneSaudara Laki-laki
.
Pada`kunraiSaudara Perempuan
.
AnriAdik
.
DeangKakak
.
Be`neIstri
.
La`kka`iSuami
.
Se`lalengBiras (Ipar sama Ipar)
.
Ipa`Ipar
.
MetuaMertua
.
Mengi`ttungMenantu
.
Bai`sengBesan (Orang tua sama Orang tua)
.
Sappo Si`sengSepupu Sekali
.
Sappo Ke`duwaSepupu Dua kali
.
Sappo Ke`telluSepupu Tiga kali
.
A`murePaman / Om
.
Nu`reKemanakan
.
AppoCucu
.
Appo UttuCicit
.
Appo SarompeangCucunya Cucu
.
PuramboBapak Tiri
.
PurindoIbu Tiri
.
PurowanaAnak Tiri
.
Sulessureng KaporoSaudara Tiri
.
Becce / AsseNama Bayi Perempuan Yang Baru Lahir
.
Baco / AsoNama Bayi Laki-Laki Yang Baru Lahir
.











******************************************************************