NENE PAKANDE (La Paittong)
Saya ingat ketika masih kecil , nenek saya sering sekali menceritakan
dongeng tentang NENE PAKANDE.
Dikatakan sering memang benar2 sering. Tapi entah kenapa saya ga pernah bosan mendengar kan cerita turun temurun ini.
Setelah saya sudah agak besar , nenek tetap menurunkan dongeng ini kpd adik2 saya , terruuus....seperti itu.
Maka bisa saya katakan , ini adalah dongeng turun temurun.
Walaupun nenek sedang mendongeng untuk adik saya , acapkali saya juga masih ikut mendengarkan.
Dan yang sangat menarik dari nenek adalah selalu ada tambahan2 (bumbu2) yg berbeda setiap kali beliau mendongeng.
Dongeng yang sama dg bumbu yang berbeda.
Sekarang nenek kami tercinta sudah tiada.
Sungguh saya rindu pd ritual mendongeng nenek.
Meskipun saya hampir sudah bisa menghafal isi cerita NENE PAKANDE ini, tp tetap berbeda bila nenek yang menceritakannya.
I Love U , Grand Ma. And I Miss U.
Kira2 beginilah ceritanya.
Pada zaman dahulu kala, hidup seorang laki-laki yang bernama La Paitong
, dia mempunyai istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Dia ini
suka mencari ikan di sungai. Dan setiap kali dia pergi mencari ikan ,
dia selalu bs mendapatkan ikan2 yang sangat besar. Sementara org2
lainnya yg sama2 pergi memancing sangat sulit mendapatkan ikan.
Padahal
selama memancing sering sekali La Paittong malah tertidur. Lalu setiap
kali dia terbangun , mata kailnya sudah ada ikannya.
Itulah La Paittong yg dianggap org2 tukang tidur (patindro) tapi selalu mujur.
Suatu kali dia pergi lagi memancing. Tp kali ini dia sedang tidak beruntung.
Setelah
lama memancing , hanya satu ikan yang diperolehnya. Karena dia sudah
sangat kelaparan , ikan itupun langsung dimasaknya untuk dimakan.
Pikirnya : nanti setelah makan dia akan mencari ikan lg khusus untuk anak dan istrinya.
Sambil menunggu ikannya matang , tanpa sengaja dia pun tertidur lg.
Saat
sedang tertidur, tanpa disadari tangannya menyentuh dan menindih salah
satu kayu bakar yang mengakibatkan periuk terpental dan semua
masakannya tumpah ke sungai dimana aliran sungai tersebut cukup tenang
dan sangat dalam. Dalam bahasa Bugis areal sungai seperti ini disebut
"Liwu''. Secara refleks La Paitong berlari ke pinggiran sungai yang agak
terjal, tapi sial baginya waktu berada dipinggiran sungai parangnya
ikut terjatuh ke dasar sungai. Dia segera melepaskan sarungnya dan
melemparkan ke belakang dan segera melompat kesungai untuk mencari
parangnya namun ternyata sarung yang dia lempar kebelakang berada tepat
diatas api yang mengakibatkan sarungnya terbakar. Setelah beberapa menit
menyelam dia tidak berhasil menemukan parangnya. Dengan perasaan kecewa
ia naik ke permukaan dan betapa kagetnya ia ketika melihat seekor
anjing sedang memakan bungkusan nasinya. Dia segera mengambil batu dan
melempari anjing itu, berhubung matanya masih kabur lemparannya tidak
mengenai sasaran dan justru mengenai kendi tuaknya yangg ikut
pecah.
Sial sekali nasib La Paitong kali ini.
Sesampainya dirumah istrinya menyambutnya spt biasa , dan betapa kecewanya istrinya krn La Paitong tdk membawa hasil apa2.
Tidak apa engkau tidak membawa makanan untuk aku, tapi bagaimana dg anakmu ? "
La Paitong hanya menjawab dengan nada pelan :
"Bersabarlah istriku, suatu saat nanti pasti saya akan membawakan makanan yang banyak untuk kalian ".
Beberapa
bulan telah berlalu tiba2 dikampung tersiar kabar bahwa ada seorang
Nenek Siluman ( Nenek Pakande ) Yang akan menggelar ritual hajatan.
Menurut Cerita, Nenek Pakande ini adalah manusia kanibal yang sangat
ditakuti masyarakat. Nenek ini berhajat akan menunaikn ritual apabila ia
berhasil mengumpulkan 40 orang untuk dia bawa dan akan dia makan.
Rencananya dia akan menyembelih 40 ekor Ayam jantan, 40 ekor Ayam
betina, dan memasak 40 liter ketam hitam serta 40 liter ketam Putih.
Alhasil keinginginannya pun terwujud dan dia
berhasil menangkap orang yang ke-40. Kabar ini pun sampai ditelinga La
Paitong.
Mendengar hal ini La Paitong pun membayangkan makanan2 yang akan ada di tempat Nene pakande.
Micci na ro elona La Paitong ,
Tepat
pada malam Jum'at, Nenek Pakande telah mempersiapkan segala sesuatunya
yang dibutuhkan untuk ritual tengah malam nanti. La Paitong pun segera
meninggalkan rumahya dan berjalan ke hutan belantara menuju rumah Nenek
Pakande.
Setibanya di sekitaran rumah Nenek Pakande, dia
berfikir apa yang harus dia lakukan agar bisa menyelamatkan semua
tawanan Nenek Pakande. Dan mengambil makanan yg tersedia disana.
Dari
kejauhan dia memperhatikan ternyata ada sepohon kayu yang tumbuh cukup
rimbun tepat disamping rumah Nenek Pakande, La Paitong segera naik ke
atas pohon untuk mengamati apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande.
Karena dinding rumah itu hanya terbuat dari anyaman daun Nipa, maka ia
dapat memperhatikan
apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande.
Lama La Paitong diam diatas pohon , sampe dia ketiduran lg.
Tengah
tertidur tiba2 dia terlonjak kaget. Ada sesuatu yg mengganggunya. Dan
ternyata diatas pohon itu ada seekor monyet yg sedang memperhatikannya.
Tanpa pikir panjang La Paitong menangkap monyet itu dan mengikatnya di
sebatang ranting.
Karena tidak suka diganggu dan ketakutan monyet itu terus ber-teriak2.
Nene Pakande pun yg sedang asik dengan kegiatannya , terkejut. Dia curiga kenapa ada suara2 itu didekat rumahnya.
Padahal selama ini tidak pernah terdengar suara spt itu.
Karena curiga Nenek Pakande akhirnya keluar rumah untuk melihat apa yang menyebabkan suara2 yg menyeramkan itu.
Tapi
dia tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan karena La Paitong
bersembunyi diatas pohon. Nenek Pakande yang tidak melihat sesuatu
akhirnya masuk kembali kedalam rumahnya dan melanjutkan pekerjaannya.
Lalu terdengar lagi suara teriakan kera itu,
dan kali
ini entah kenapa Nenek Pakande merasa merinding dan agak ketakutan.
Mungkin
karena selama ini tidak ada manusia biasa yang berani mendekati
rumahnya. Jadi dia tidak pernah berfikir kalau suara itu disebabkan oleh
manusia biasa.
Konon kabarnya di sekitar kampung itu juga ada
seorang Raksasa yg dijuluki Raja Pitu Reppa , yg tubuhnya sangat besar
dan tingginya melebihi pohon2 di hutan (sekitar 7 hasta)
Nenek
Pakande khawatir jangan-jangan raksasa inilah yang ingin mengacaukan
hajatannya. Namun ia tetap berusaha menenangkan diri dan mencoba untuk
kembali keluar rumah memperhatikan dr mana suara2 itu.. Kali ini dia
membawa Obor untuk penerangan. Tapi cahaya obor itu tdk bisa menembus
rimbunnya dedaunan di pohon tempat La Paitong berada. Nenek Pakande
benar-benar ketakutan tapi dia tetap berusaha untuk menenangkan diri dan
kembali naik ke atas rumah. Melihat tingkah Nenek Pakande yg ketakutan,
La Paitong kembali melanjutkan aksinya.
Dia
kembali mengganggu kera itu dan kera itu pun berteriak lg. Dan akhirnya
Nenek Pakande benar-benar ketakutan. Karena sudah tidak tahan lagi
Nenek Pakande turun dari rumahnya dan berlari tanpa tujuan entah kemana.
Karena situasi sudah aman, La Paitong turun dari Pohon dan naik kerumah
Nenek Pakande. Dia lalu membebaskan 40 orang yang ditawan Nenek
Pakande. Betapa gembiranya mereka karena telah bebas dan bisa kembali
bertemu keluarga masing-masing.
Yang dilakukan La Paitong
selanjutnya ialah menyantap makanan yang telah disediakan Nenek Pakande
dan yang dia sisakan hanya 40 liter ketam putih dan 40 ekor ayam betina
kemudian dibawa pulang untuk istri dan anaknya. Betapa senang mereka
melihat La Paitong kembali dengan membawa makanan yang sangat banyak. La
Paitong pun berkata :
'' inilah yang aku janjikan padamu, bahwa
suatu saat nanti aku akan membawa makanan yg banyak untuk kalian dan
inilah buktinya ''
****************************************************
Demikianlah kisah La Paitong..
Karena cerita ini , dulu saya ingat, kalo ada diantara kami nakal , mis : ga mau tidur dll, kami diancam :
Tindro ko...engka tu Nene Pakande matu. Nandre ko tu...
(Ayo tidur , kalo enggak nanti dimakan ko sm Nene pakande)
Ha ha haa..
Dan
La Paitong ini , dlm pandanganku sbg anak2 , dia adalah se org yg
sangat sederhana , tp dia orang yang jujur dan pemberani . Sehingga
keberuntungan selalu menyertainya..
Satu lagi , krn dikatakan La
Paitong ini adalah org yang sangat senang tidur , bahkan memancing pun
dia bs tertidur dg pulasnya. Jadi kata nenek , kalo ada orang yang
kerjanya tidur terus , dia dinamai La Paitong...
Pesan cerita :
Peliharalah kebaikan hatimu dan kejujuranmu. Jsdilah pemberani untuk mempertahankan yang benar.
Ada beberapa versi mengenai cerita Nene Pakande ini.
Salah satunya seperti yang saya ceritakan diatas.
Yang jelas dulu , saat kami
diceritakan segala ulah La Paitong , kami selalu tertawa ter-bahak2.
Entah cerita ini memang lucu , (sekaligus menegangkan?) atau memang nenek kami yg pandai membuat kami tertawa ?