Sabtu, 17 November 2012

CERITA DI BALIK SANG KOTA KALONG


“Mallangga watattana masseppi ribatang cempa
Fadai gemme risisi wanuwakku latemmamala”
Lagu ini pastinya tidak terasa asing bagi orang bugis asli Soppeng, Mengapa???? Karena lagu ini merupakan lagu daerah asli yang berasal dari kampung bugis yaitu Kab. Soppeng, daerah yang pastinya tercantum dalam peta sulawesi. Dalam lagu dijelaskan bahwa Kab. Soppeng memiliki jalan raya bersusun yang didampingi pohon cempa (yang dikenal dengan pohon asam) seperti rambut yang tersisir rapi yaitu kebanggaanku LATEMMAMALA, dimana membuktikan bahwa Kab. Soppeng kaya akan segalanya.    
Soppeng merupakan salah satu daerah bugis yang berpenduduk kurang lebih 250.000 jiwa ini memiliki beberapa keunikan, salah satu diantaranya yaitu banyaknya Kalong atau Kelelawar yang bergelantungan di pohon layaknya buah yang bergelantungan pada pohonnya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kelelawar berkembangbiak di tempat yang gelap. Akan tetapi, di Soppeng kelelawar-kelelawar ini beranak pinak di pohon tersebut. Lebih uniknya lagi kelelawar ini hanya bergelantungan pada pohon yang ada di KOTA SOPPENG bukan desa ataupun di lurah.
Menurut beberapa warga setempat beranggapan bahwa jikalau orang dari luar daerah yang berkunjung ke Soppeng dan kemudian dijatuhi kotoran kelelawar maka dia akan mendapat jodoh orang asli Soppeng. Dan jikalau dia dikencingi maka orang tersebut akan meninggal di Kota Soppeng, unikkan Kota Soppeng. Jadi jangan salah jika Kab. Soppeng berpenduduk banyak, anggap saja kalau tiap wisatawan yang berkunjung dijatuhi kotoran kelelawar menikah dengan cowok atau cewek Soppeng dan kemudian beranak pinak penduduknya akan bertambah tiap harinya.
Selain itu, adapun tempat wisata yang tidak asing lagi didengar yaitu Permandian air panas Lejja, Permandian alam Ompo dan Permandian alam Citta. Mungkin beberapa diantara sekalian saudara/saudari sudah banyak yang mengetahui asal mula terbentuknya tau munculnya air panas Lejja, sumber mata air Ompo dan permandian alam citta. Tetapi pada kesempatan ini akan dijelaskan khasiat dan kebiasaan yang sering dilakukan orang-orang di permandian tersebut.
Permandian air panas Lejja merupakan permandian air panas yang memiliki suhu sekitar 60o C dan memiliki kandungan sulfur 1,5% yang berkhasiat menyembuhkan penyakit rematik dan gatal-gatal, itulah mengapa berbagai orang baik dari luar daerah maupun dalam daerah berdatangan. Akan tetapi beberapa masyarakat Soppeng yang masih percaya pada mitos, kerap kali berkunjung ke Lejja hanya untuk menjadikan pepohonan yang berada di sekitar permandian sebagai tempat untuk melakukan niat, seperti : meminta jodoh, dimana mereka menggantung plastik atau kaleng di pepohonan untuk dijadikan simbol pengharapan agar niatnya terkabul dan jika memang niatnya tersebut tercapai maka mereka akan kembali untuk melepaskan plastik atau kaleng tadi. Mitos ini sampai sekarang masih berlaku bahkan aktifitas ini semakin mendarahdaging pada warga setempat.
Dan permandian alam Ompo tidak lain adalah permandian yang sumber airnya yang bersih dan jernih, sehingga banyak warga setempat yang mengambil air tersebut untuk dimasak dan dijadikan air minum sehari-harinya. Jika permandian air panas lejja dijadikan sebagai tempat untuk melakukan niat maka permandian alam Ompo dijadikan sebagai tempat bertemunya dua pasang anak manusia untuk mengadu kasih sayang. Hal ini dikarenakan di sekitar permandian terdapat danau buatan yang berisikan ikan dan air tawar tentunya yang dapat dijadikan tempat untuk memancing. Selain itu, juga terdapat lahan luas dimana warga setempat biasanya menjadikan lahan tersebut sebagai pasar malam atau tempat untuk berkemah bagi anak sekolah pada peringatan 17 Agustus. Tidak lain dengan permandian alam Citta juga merupakan sumber mata air permandian yang selain dijadikan sebagai tempat permandian juga dijadikan tempat untuk menikmati aktifitas masyarakat setempat dalam mengolah tembakau secara tradisional.  
Selain dari permandian-permandian di atas ada juga yang ditemukan objek wisata yang paling menarik yang ditemukan di Soppeng khususnya di desa Appejengnge yaitu Sumber Mata Air Asing. Yang kita ketahui bersama bahwa Kab. Soppeng dalam peta tidak memiliki objek wisata laut, akan tetapi dalam hal ini sumber air asing yang ditemukan di desa tersebut dapat membuktikan lagi bahwa Kab. Soppeng selalu kaya akan segalanya. Sumber mata air asing ini dipercayai warga setempat bahwa sumber mata air asing yang diberi nama Ladidda ini dulunya sepasang suami istri yang hilang dan kemudian dikutuk menjadi batu dengan alasan satu dari sumber mata air tersebut menyerupai alat vital pria dan yang satunya menyerupai alat vital perempuan. Bahkan menurut mereka pengunjung yang datang ke tempat itu memiliki pantangan, dilarang meludah atau membuang kentut di kawasan tersebut karena akan mendapat celaka nantinya. Sumber mata air ini banyak digunakan sebagai air minum untuk ternak dan ada beberapa warga yang mengambil air tersebut untuk dijemur dan dijadikan garam.
Lain halnya dengan objek wisata, kompleks istana datuk Soppeng yang terdiri dari bangunan : BOLA RIDIE, MENHIR LATAMMAPOLE dan SALASSAE yang memiliki fungsinya masing-masing. Adapun Rumah adat Sao Mario yang terdapat berbagai jenis rumah yang bergaya arsitektur bugis ini juga banyak dikunjungi, dimana warga setempat mempercayai mitos bahwa jikalau wisatawan yang ingin mengambil gambar di dalamnya maka benda atau apapun yang mereka ambil takkan tercetak nantinya, dengan kata lain benda yang mereka foto akan hilang dari gambar yang telah dicetak.
Tak lupa dengan Villa Yuliana, sebuah villa peninggalan Belanda di Kab. Soppeng yang merupakan villa kembaran dari Nederland, villa ini merupakan wujud kecintaan terhadap ratu Yuliana. Selain rumah adat Sao Mario, Villa Yuliana juga mendapat kepercayaan mitos dari warga Kab. Soppeng bahwa orang yang berkunjung ke villa tersebut akan kesasar, orang yang berkunjung ke lantai satu akan ke sasar ke lantai dua atau malah sebaliknya.               
Beberapa Permandian dan sumber mata air yang ditemukan di Kab. Soppeng menandakan negara Indonesia itu kaya akan objek wisata, bahkan berbagai rumah adat yang bergaya arsitektur bugis dan villa kembaran dari Nederland Villa Yuliana sebagai pelengkap akan objek-objek wisata yang dimiliki Kab.Soppeng. Dan inilah semua yang ingin tetap dijaga dan dikembangkan pemerintah agar tetap terjaga kelestariannya.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar