Jumat, 23 November 2012

SOPPENG; Kota Sutera yang Hilang


 


Anda mungkin mengenal SUTERA SENGKANG. Yaitu kain SUTERA yang menjadi ciri khas kota SENGKANG di SULAWESI SELATAN. Akan tetapi tahukah anda bahwa banyak pengrajin sutera dari sengkang mengambil atau membeli benang dari soppeng? Tepatnya di Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng sebagian masyarakatnya merupakan petani sutera. Namun mereka tidak pernah menghasilkan kain sutera atau bahkan tidak pernah dikenal benang sutera soppeng. Sebagian besar kain sutera yang dihasilkan oleh pengrajin sutera sengkang menggunakan benang yang berasal dari soppeng. Mereka membelinya dari petani sutera di Soppeng karena orang-orang soppeng tidak menghasilkan sampai pada tataran pemintalan kain. Petani sutera di soppeng hanya mengetahui sampai tataran menghasilkan benang sutera saja. Urusan pemintalan kain merupakan monopoli murni dari pengrajin sutera sengkang.

Ketika saya bertanya ke salah seorang petani soppeng bahwa mengapa mereka tidak berfikir juga untuk menjadi pemintal kain, mereka menjawab bahwa mereka sudah merasa cukup dengan keadaan ini. Lagipula menurut mereka, untuk menjadi pemintal kain dibutuhkan tidak hanya pengetahuan yang lebih akan tetapi juga dibutuhkan modal yang lebih. Dan inilah fenomena terbesar menurut saya bahwa realitas konstruksi pemikiran masyarakat golongan petani adalah konsevatif. Mereka adalah orang-orang yang merasa cukup dengan model kehidupannya sekarang. Realitasnya, para petani sutera soppeng yang menggantungkan hidupnya dengan menjadi petani sutera tidak sadar bahwamekanisme pasar dikuasai oleh pengrajin sutera sengkang. Para pengrajin inilah yang kemudian berhak menentukan harga benang dipasaran. Yang juga berarti hasil jerih payah para petani soppeng ditentukan oleh pengrajin sutera sengkang. Seharusnya pemerintah kabupaten soppeng kemudian melakukan upaya-upaya protektif untuk melestarikan sutera di daerahnya.
Di Desa Pising Kecamatan Donri-Donri jumlah petani sutera pada tahun 90-an mencapai 1000 orang lebih. Akan tetapi karena tidak adanya kejelasan dari pemerintah dalam bentuk regulasi pasar sutera maka banyak yang beralih profesi. Dan ditahun 2000-an jumlahnya berkurang sekitar 40 orang lebih. Ini merupakan hal yang sangat sedih mengingat dalam jangka waktu sepuluh tahun saja penurunan jumlah petani sutera soppeng mencapai sekitar 80%. Padahal menurut sumer yang ditemukan bahwa ada museum di Thailand yang memajang alat pemintal yang berasal dari Donri-Donri Soppeng. Yang berarti bahwa soppeng dahulunya merupakan sebuah kota pusat pemintalan sutera yang besar yang pernah ada di Indonesia. Tapi hal itu semakin lama semakin hilang seiring berkembangnya zaman.
Perkembangan zaman yang tidak diikuti oleh perkembangan pemikiran, sehingga banyak peninggalan sejarah yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat justru harus punah. Lalu siapakah yang harus disalahkan dalam hal ini? Tentu saja persoalan ini merupakan persoalan sistemik bangsa Indonesia. Ada sistem yang salah dalam mekanisme pengelolaan Negara yang berujung pada ketidakadilan sosial. Dan ada aktor yang tidak bermoral yang mengendalikan sistem ini.










Sabtu, 17 November 2012

CERITA DI BALIK SANG KOTA KALONG


“Mallangga watattana masseppi ribatang cempa
Fadai gemme risisi wanuwakku latemmamala”
Lagu ini pastinya tidak terasa asing bagi orang bugis asli Soppeng, Mengapa???? Karena lagu ini merupakan lagu daerah asli yang berasal dari kampung bugis yaitu Kab. Soppeng, daerah yang pastinya tercantum dalam peta sulawesi. Dalam lagu dijelaskan bahwa Kab. Soppeng memiliki jalan raya bersusun yang didampingi pohon cempa (yang dikenal dengan pohon asam) seperti rambut yang tersisir rapi yaitu kebanggaanku LATEMMAMALA, dimana membuktikan bahwa Kab. Soppeng kaya akan segalanya.    
Soppeng merupakan salah satu daerah bugis yang berpenduduk kurang lebih 250.000 jiwa ini memiliki beberapa keunikan, salah satu diantaranya yaitu banyaknya Kalong atau Kelelawar yang bergelantungan di pohon layaknya buah yang bergelantungan pada pohonnya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kelelawar berkembangbiak di tempat yang gelap. Akan tetapi, di Soppeng kelelawar-kelelawar ini beranak pinak di pohon tersebut. Lebih uniknya lagi kelelawar ini hanya bergelantungan pada pohon yang ada di KOTA SOPPENG bukan desa ataupun di lurah.
Menurut beberapa warga setempat beranggapan bahwa jikalau orang dari luar daerah yang berkunjung ke Soppeng dan kemudian dijatuhi kotoran kelelawar maka dia akan mendapat jodoh orang asli Soppeng. Dan jikalau dia dikencingi maka orang tersebut akan meninggal di Kota Soppeng, unikkan Kota Soppeng. Jadi jangan salah jika Kab. Soppeng berpenduduk banyak, anggap saja kalau tiap wisatawan yang berkunjung dijatuhi kotoran kelelawar menikah dengan cowok atau cewek Soppeng dan kemudian beranak pinak penduduknya akan bertambah tiap harinya.
Selain itu, adapun tempat wisata yang tidak asing lagi didengar yaitu Permandian air panas Lejja, Permandian alam Ompo dan Permandian alam Citta. Mungkin beberapa diantara sekalian saudara/saudari sudah banyak yang mengetahui asal mula terbentuknya tau munculnya air panas Lejja, sumber mata air Ompo dan permandian alam citta. Tetapi pada kesempatan ini akan dijelaskan khasiat dan kebiasaan yang sering dilakukan orang-orang di permandian tersebut.
Permandian air panas Lejja merupakan permandian air panas yang memiliki suhu sekitar 60o C dan memiliki kandungan sulfur 1,5% yang berkhasiat menyembuhkan penyakit rematik dan gatal-gatal, itulah mengapa berbagai orang baik dari luar daerah maupun dalam daerah berdatangan. Akan tetapi beberapa masyarakat Soppeng yang masih percaya pada mitos, kerap kali berkunjung ke Lejja hanya untuk menjadikan pepohonan yang berada di sekitar permandian sebagai tempat untuk melakukan niat, seperti : meminta jodoh, dimana mereka menggantung plastik atau kaleng di pepohonan untuk dijadikan simbol pengharapan agar niatnya terkabul dan jika memang niatnya tersebut tercapai maka mereka akan kembali untuk melepaskan plastik atau kaleng tadi. Mitos ini sampai sekarang masih berlaku bahkan aktifitas ini semakin mendarahdaging pada warga setempat.
Dan permandian alam Ompo tidak lain adalah permandian yang sumber airnya yang bersih dan jernih, sehingga banyak warga setempat yang mengambil air tersebut untuk dimasak dan dijadikan air minum sehari-harinya. Jika permandian air panas lejja dijadikan sebagai tempat untuk melakukan niat maka permandian alam Ompo dijadikan sebagai tempat bertemunya dua pasang anak manusia untuk mengadu kasih sayang. Hal ini dikarenakan di sekitar permandian terdapat danau buatan yang berisikan ikan dan air tawar tentunya yang dapat dijadikan tempat untuk memancing. Selain itu, juga terdapat lahan luas dimana warga setempat biasanya menjadikan lahan tersebut sebagai pasar malam atau tempat untuk berkemah bagi anak sekolah pada peringatan 17 Agustus. Tidak lain dengan permandian alam Citta juga merupakan sumber mata air permandian yang selain dijadikan sebagai tempat permandian juga dijadikan tempat untuk menikmati aktifitas masyarakat setempat dalam mengolah tembakau secara tradisional.  
Selain dari permandian-permandian di atas ada juga yang ditemukan objek wisata yang paling menarik yang ditemukan di Soppeng khususnya di desa Appejengnge yaitu Sumber Mata Air Asing. Yang kita ketahui bersama bahwa Kab. Soppeng dalam peta tidak memiliki objek wisata laut, akan tetapi dalam hal ini sumber air asing yang ditemukan di desa tersebut dapat membuktikan lagi bahwa Kab. Soppeng selalu kaya akan segalanya. Sumber mata air asing ini dipercayai warga setempat bahwa sumber mata air asing yang diberi nama Ladidda ini dulunya sepasang suami istri yang hilang dan kemudian dikutuk menjadi batu dengan alasan satu dari sumber mata air tersebut menyerupai alat vital pria dan yang satunya menyerupai alat vital perempuan. Bahkan menurut mereka pengunjung yang datang ke tempat itu memiliki pantangan, dilarang meludah atau membuang kentut di kawasan tersebut karena akan mendapat celaka nantinya. Sumber mata air ini banyak digunakan sebagai air minum untuk ternak dan ada beberapa warga yang mengambil air tersebut untuk dijemur dan dijadikan garam.
Lain halnya dengan objek wisata, kompleks istana datuk Soppeng yang terdiri dari bangunan : BOLA RIDIE, MENHIR LATAMMAPOLE dan SALASSAE yang memiliki fungsinya masing-masing. Adapun Rumah adat Sao Mario yang terdapat berbagai jenis rumah yang bergaya arsitektur bugis ini juga banyak dikunjungi, dimana warga setempat mempercayai mitos bahwa jikalau wisatawan yang ingin mengambil gambar di dalamnya maka benda atau apapun yang mereka ambil takkan tercetak nantinya, dengan kata lain benda yang mereka foto akan hilang dari gambar yang telah dicetak.
Tak lupa dengan Villa Yuliana, sebuah villa peninggalan Belanda di Kab. Soppeng yang merupakan villa kembaran dari Nederland, villa ini merupakan wujud kecintaan terhadap ratu Yuliana. Selain rumah adat Sao Mario, Villa Yuliana juga mendapat kepercayaan mitos dari warga Kab. Soppeng bahwa orang yang berkunjung ke villa tersebut akan kesasar, orang yang berkunjung ke lantai satu akan ke sasar ke lantai dua atau malah sebaliknya.               
Beberapa Permandian dan sumber mata air yang ditemukan di Kab. Soppeng menandakan negara Indonesia itu kaya akan objek wisata, bahkan berbagai rumah adat yang bergaya arsitektur bugis dan villa kembaran dari Nederland Villa Yuliana sebagai pelengkap akan objek-objek wisata yang dimiliki Kab.Soppeng. Dan inilah semua yang ingin tetap dijaga dan dikembangkan pemerintah agar tetap terjaga kelestariannya.  




Rabu, 14 November 2012

Kabupaten Soppeng


                                                                      B 041

  

Kabupaten Soppeng adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Watansoppeng. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.359,44 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 250.000 jiwa.

Kabupaten Soppeng juga disebut sebagai Kota Kalong dengan lambang Kakak Tua.

                                      B 045

  Daerah kakatua ini cukupluas, namun sebagian wilayahnya adalah pegunungan yang jarang penghuninya.

Sejarah


Sejarah Soppeng diawali dengan munculnya "Tomanurung" dalam istilah bahasa Indonesia dikenal sebagai orang yang muncul seketika. Saat itu, masyarakat Soppeng tengah dilanda kegetiran dan kemiskinan ditambah dengan penderitaan rakyat, maka berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat "tudang sipulung" untuk membahas masalah ini, di tengah pembicaraan mereka, seekor burung kakak tua (dalam bahasa Bugis dikenal sebagai "cakkelle"). Cakkelle ini terbang tepat di atas perkumpulan itu, sehingga para tokoh yang melihatnya merasa ada sesuatu yang lain dari cakkelle ini. Akhirnya pimpinan tudang sipulung menyuruh si Jumet, salah seorang toko masyarakat bersama dengan rekannya yang lain untuk mengikuti cakkelle tersebut.


B 046

  Geografis




Soppeng terletak pada depresiasi sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan dengan luas daratan ± 700 km2 serta berada pada ketinggian rata-rata antara 100-200 m di atas permukaan laut.

Luas daerah perbukitan Soppeng kurang lebih 800 km2 dan berada pada ketinggian rata-rata 200 m di atas permukaan laut. Ibukota Kabupaten Soppeng adalah kota Watansoppeng yang berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Soppeng tidak memiliki wilayah pantai. Wilayah perairan hanya sebagian dari Danau Tempe. Gunung-gunung yang ada di wilayah Kabupaten Soppeng menurut ketinggiannya adalah sebagai berikut:




 Kabupaten Soppeng memiliki tempat-tempat wisata berupa permandian air panas alami yang bernama "LEJJA", permandian mata air "OMPO" dan permandian alam "CITTA". Lejja berjarak ± 40 Kilometer dari pusat kota, terletak di desa Batu-batu, Kecamatan Marioriawa.

Kecamatan


Wilayah Kabupaten Soppeng dibagi menjadi 8 kecamatan, yaitu:

  1. Citta
  2. Donri Donri
  3. Ganra
  4. Lalabata
  5. Liliriaja
  6. Lilirilau
  7. Marioriawa
  8. Marioriwawo


Jembatan di atas sungai Walanae dekat Watansoppeng (tahun 1925-1927)

DAFTAR KELURAHAN DI KABUPATEN SOPPENG SBB:

KEC. MARIO RIAWA : 10 KELURAHAN
PATAMPANUA
PANINCONG
TELLU LIMPOE
ATTANG SALO
KALLA
LIMPO MAJANG
BATU BATU
MANORANG SALO
LARINGGI
BULUE

KEC. MARIORIWAWO: 13 KELURAHAN
GATTARENG
MARIO RIAJA
WATU
MARIO RITENGNGA
GUARIE
MARIO RILAU
BARAE
TETTI KENRARAE
LABESSI
CONGKO
WATU TOA
GATTARENG TOA
SOGA

KEC. LILIRILAU : 12 KELURAHAN
PAJA LESANG
CABENGE
PAROTO
PALANGISENG
TETEWATU
ABBANUANGE
PARENLING
UJUNG
MASING
KEBO
MACANRE
BARINGENG

KEC. DONRI DONRI : 9 KELURAHAN
PESSE
PISING
LABOKONG
DONRI DONRI
SERING
LALABATA RIAJA
TOTTONG
LEWORENG
KESSING

KEC. LILIRIAJA : 8 KELURAHAN
TIMUSU
ROMPE GADING
PATTOJO
GALUNG
JENNAE
JAMPU
BARANG
APPANANG

KEC. LALABATA : 10 KELURAHAN
UMPUNGENG
LALABATA RILAU
BOTTO
LEMBA
BILA
MATTA BULU
OMPO
LAPAJUNG
MACCILE
SALOKARAJA

KEC. GANRA: 4 KELURAHAN
BELO
GANRA
ENREKANG
COMPOLTE

KEC.CITTA: 4 KELURAHAN
KAMPIRI
CITTA
LABAE
TINCO 








Senin, 12 November 2012

ASAL MULA NAMA SOPPENG



I. ASAL MULA NAMA SOPPENG

Asal mula nama Soppeng sampai saat ini para pakar dan budayawan belum ada kesepakatan bahkan dalam sastra Bugis tertua I LA GALIGO telah tertulis nama Kerajaan Soppeng yang berbunyi:

IYYANAE SURE PUADA ADAENGNGI TANAE RI SOPPENG, NAWALAINNA SEWO - GATTARENG, NONI MABBANUA TAUWE RI SOPPENG, NAIYYA TAU SOPPENG RIAJA, IYYA TAU GATTARENGNGE IYYANARO RIASENG TAU SOPPENG RILAU.
Berdasarkan naskah lontara tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk tanah Soppeng mulanya datang dari dua tempat yaitu Sewo dan Gattareng.
II. PENGANGKATAN DATU PERTAMA KERAJAAN SOPPENG

Di dalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum terbentuknya kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang Mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 pemuka masyarakat, hal ini dilihat dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng dan Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordinir oleh LILI-LILI.

Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau di sana sini timbul huru hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi di mana-mana olehnya itu 60 pemuka masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut.

Tampillah Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang matoa dari Soppeng Rilau, sementara musyawarah berlangsung, tiba-tiba 2 (dua) ekor burung Kakatua memperebutkan setangkai padi, sehingga musyawarah terganggu dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang.

Burung Kakatua tersebut akhirya sampai di SEKKANYILI dan di tempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk di atas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili. Terjadilah mufakat dari 60 tokoh masyarakat untuk mengangkat Manurungnge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR. Ikrar tersebut terjadi antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.

Demikianlah komitmen yang lahir antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah LATEMMAMALA menerima pengangkatan dengan gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng, dengan mengangkat sumpah di atas batu yang diberi nama LAMUNG PATUE, sambil memegang segenggam padi dengan mengucapkan kalimat yang artinya :

Isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang dalam melakukan pemerintahan selaku Datu Soppeng.

III. PERUMUSAN HARI JADI SOPPENG

Soppeng memiliki sejarah cemerlang di masa lalu, dengan memperhatikan berbagai masukan agar penetapan Hari Jadi Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat bila dihitung dari saat dimulainya pelaksanaan Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1957, sebab jauh sebelum diadakan lontara, Soppeng telah mengenal sistem pemerintahan yang demokratis di bawah kepemimpinan Raja atau Datu.

Maka dilaksanakanlah Seminar Sehari pada tanggal 11 Maret 2000 yang dihadiri oleh para pakar, budayawan, seniman, ahli sejarah, tokoh masyarakat, alim ulama, generasi muda, dan LSM, di mana disepakati bahwa Hari Jadi Soppeng dimulai sejak Pemerintahan TO MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan BACKWARD COUNTING, dan mengusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam rapat Paripurna dan mengesahkan untuk dijadikan dalam suatu Peraturan Daerah tentang Hari Jadi Soppeng.

IV. PENETAPAN HARI JADI SOPPENG

Dari hasil rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Soppeng tanggal 12 Maret 2001, telah menetapkan dan mengesahkan suatu Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 09 Tahun 2001, tanggal 12 Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng jatuh pada tanggal 23 Maret 1261.

Ringkasan arti dan pemakaian Hari Jadi Soppeng yakni angka 2 dan 3, karena angka tersebut mempunyai makna sejarah dan filosofi sebagai berikut:

Angka 2 menunjukkan:
Dua Kedatuan yakni Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja.
Dua Tomanurung yaitu TOMANURUNG RI SEKKANYILI dan TOMANURUNG RI GOARIE.
Dua Cakkelle/Burung Kakatua yang memperebutkan setangkai padi, yang merupakan petunjuk para matoa yang bermusyawarah mengatasi krisis kelaparan, akhirnya menemukan Tomanurung Ri Sekkanyili.
Dua pegangan hidup yaitu kejujuran dan keadilan.
Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib dan takdir.
Dua tanranna namaraja tanaE:
- Seorang pemimpin harus jujur dan pintar.

- Masyarakat hidup aman, tentram dan damai.

Angka 3 menunjukkan:
Adanya Perjanjian 3 Kerajaan yaitu: Bone, Soppeng dan Wajo yang dikenal dengan Tellu PoccoE.
Dua Taring Tellu menunjukkan tempat bertumpu yang sangat kuat dan stabil.
TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RI DEWATAE, TAUE RI WATAKALE, TAUE RI PADATTA RUPA TAU.
TELLU EWANGENNA LEMPUE, yaitu kejujuran, kebenaran dan keteguhan.
Angka DUA TELLU bermakna:
DUA TELLU bermakna antara lain murah rizki.
- Dua Temmassarang, artinya Allah dan hamba tidak pernah berpisah.
- Tellu Temmalaiseng, artinya Allah, Malaikat dan Hamba selalu bersama-sama.

Tellu Dua Macciranreng, Tellu-tellu Tea Pettu, bermakna berpintal dua sangat rapuh, berpintal tiga tidak akan putus.
- Mattulu Parajo dua siranreng tempettu siranreng.
- Marutte Parojo, Mattulu Tellu Tempettu silariang. Bermakna: tidak saling membohongi, nanti akan putus jika putus bersama.

Dipilihnya bulan tiga atau Maret karena:
Bulan terbentuknya Kabupaten Soppeng.
Bulan pelaksanaan Seminar Hari Jadi Soppeng.

Dipilihnya tahun 1261 adalah menggunakan BACKWARD COUNTING, yaitu Pemerintahan Datu Soppeng pertama TAU MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA pada tahun 1261. Sehingga dengan demikian Hari Jadi Soppeng ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1261. 






Lambang Kabupaten Soppeng
V. PERJALANAN PEMERINTAHAN SWAPRAJA DAN SWATANTRA KABUPATEN SOPPENG

Perjalanan Sejarah dari tahun ke tahun, sampai pada saat ditetapkannya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II, di Sulawesi, semasa itu pula Daerah Swapraja Soppeng berubah status menjadi Daerah Tingkat II dengan ibukota Watansoppeng, yang kini telah mengalami 43 (empat puluh tiga) kali pergantian Nahkoda, masing-masing